Lihat ke Halaman Asli

Bambang Suwarno

Mencintai Tuhan & sesama. Salah satunya lewat untaian kata-kata.

Bumi Puisi Menggamitku Kembali

Diperbarui: 9 April 2019   17:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Beberapa kerdipan fajar kumelayang-layang. Susuri alunan euforia yang membuncah. Pahat makna cendekia cahayai demokrasi. Menohok dusta para pengaku penghulu. Yang ceburkan jutaan warga berbendera warna-warni ke samudra ilusi.

Ada banyak yang tersentak. Yang terbelalak, terhenyak dan terdepak. Ada juga yang menolak, menyentak dan menyepak.

Tapi banyak juga yang menyorak, melonjak dan berarak-arak serempak menuju mewahnya pesta. Merasa di atas badai, sambil menciumi bibir langit nan sarat pelangi.

Lalu kuingin istirah sejenak.

Tapi dari penjuru lain, tarian kata-kata cantik gemulai melambai-lambaiku. Aksara-aksara sakti berbaris-baris membentuk konfigurasi kalimat bernas yang mengecupiku.

Ayu parasmu pun pancarkan wangi nafasmu bangkitkan libidoku.

Aku ditarik oleh berbagai kenikmatan dan kepentingan. Semuanya meminta pertanggungjawaban cintaku. Semuanya memeluk dan memagutku dalam rindu yang menggebu.

Aku terbelah! Istirahku pecah. Ragaku melemah. Jiwaku terbagi.

Tapi demi janji, kuharus membagi diri. Jika kini kuterhempas kembali ke bumi puisi. Itu adalah kearifan diri atas nama cinta.

Kini ku disini. Besok di pentas berbeda. Dan besoknya lagi, menggaung di lain panggung. Syukur, semua masih melekat pada benang-benang merah literasi.

==000==

Bambang Suwarno-Palangkaraya (di kerontang siang, 09-04-2019)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline