Lihat ke Halaman Asli

Bambang Suwarno

Mencintai Tuhan & sesama. Salah satunya lewat untaian kata-kata.

Mengapa Responden Survei Tak Ramah pada Prabowo?

Diperbarui: 5 April 2019   21:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Sampai hari ini, hasil dari hampir semua survei tidak atau belum berubah. Semuanya masih mengunggulkan pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin. Yang terkini, menurut survey LSI Denny JA, selisih elektabilitas Jokowi dan Prabowo berada pada kisaran 20%.

Artinya, mayoritas subjek penelitian survey Pilpres 2019 masih lebih memilih Jokowi ketimbang Prabowo. Mengapa jawaban para responden survei belum juga ramah terhadap Prabowo?

Ketidakramahan atau kebelumramahan para responden itu pasti punya alasan-alasan yang objektif, rasional, dan emosional. Menurut tafsir saya, inilah alasan-alasannya:

Pertama, Kehidupan Personal Prabowo Tidak Menjadi Teladan
Kehidupan berkeluarga seseorang kerap dan patut digunakan sebagai salah satu tolok ukur penting kemampuan seseorang dalam memimpin. Banyak sekali yang percaya, jika seorang pria gagal menjadi kepala keluarga yang baik. Maka dia pantas diragukan kemampuan leadership-nya untuk tanggung jawab yang lebih besar.

Maka jangan salahkan kalau ada yang berkata seperti ini: "Kalau memimpin sebuah keluarga kecil saja sudah payah, bagaimana bisa memimpin sebuah bangsa yang besar?"

Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar.

Kedua, Masih Lekat dengan Orde Baru
Prabowo pernah dibesarkan dan menjadi bagian dari keluarga Soeharto yang otoriter. Yang juga sangat kental dengan praktik-praktik KKN selama masa pemerintahannya. Sedikit banyak gaya kepemimpinan dan model pemerintahan orde baru akan ikut mewarnainya.

Para responden khawatir akan munculnya rezim neo-orba, yang akan menghidupkan kembali berbagai mafia bisnis. Seperti Petral dan sejenisnya yang telah diberantas oleh Jokowi. Juga potensi tumbuh suburnya kembali nepotisme dan yang memperalat birokrat guna memperkaya diri sendiri, keluarga, kelompoknya.

Mayoritas para responden survei tentu tidak ingin memutar kembali jarum jam sejarah orde baru.

Ketiga, Punya Catatan Karir yang Buram
Ketika masih sebagai perwira TNI, sudah lama diberitakan bahwa ia pernah terlibat dalam penculikan dan penghilangan aktifis mahasiswa. Peristiwa genosida di Aceh yang belum sepenuhnya terungkap itu, juga dihubungkan dengan kepemimpinannya atas operasi intelijen di sana.

Karir militernya berakhir sebagai perwira tinggi yang diberhentikan dari TNI. Dalam kiprahnya sebagai pengusaha pun, Prabowo dikabarkan masih meninggalkan banyak  utang pada banyak pihak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline