Gonjang-ganjing melanda desa Sukajanji. Berita tentang raibnya Pak Kades (yang baru dilantik sebulan lalu) telah meledak dan membahana. Lewat medsos, kabar tersebut kian menggelegar di setiap dada penduduknya. Sehingga usapan hangat mentari pagi dan belaian sejuk semilirnya bayu, menjadi terabaikan sementara.
"Berita itu dari mana?"
"Dari laporan pembantunya sendiri...dan diteguhkan oleh Pak Carik."
"Apa kata mereka?"
"Beliau sudah tinggalkan rumah sejak seminggu lalu, tanpa pesan apa pun..."
"Apa nggak menelepon atau ditelepon?"
"Percuma, karena ponselnya ada di meja kamarnya....."
"Kira-kira ketinggalan atau sengaja ditinggal?"
"Mana ada yang tahu..."
Pagi ini, dengan sangat cepat rumah Pak Kades ( yang bernama Suloyojiwo), telah terkepung oleh ratusan orang yang menyemut di situ. Yang terbanyak adalah warga setempat. Ada bapak-bapak dan emak-emak. Ada para pemuda dan para gadis desa. Ada para duda dan janda. Semuanya penasaran dan terdesak oleh rasa ingin tahu yang besar. Tentu saja kerumunan manusia itu menimbulkan keriuhrendahan yang menggaduh. Mirip pasar hewan.
Kehiruk-pikukan itu makin merajalela, ketika tiba-tiba seorang wanita muda ayu berlari sempoyongan menerobos kerumunan warga sambil berteriak: "Mas Sul....!" Begitu sampai di teras, wanita itu langsung ambruk dan semaput.