Euforia pasca belenggu ketat pandem Covid-19 adalah sebuah fenomena yang menarik. Kran 'kebebasan' dan interaksi sosial yang tersumbat ibarat air bendungan yang jebol dan semburat ke sejumlah penjuru.
Melonggarnya prokes Covid-19 membuka peluang digelarnya berbagai event yang mengundang kerumunan massa dalam jumlah besar. Padahal kasus harian Covid-19 belum pernah benar-benar menurun drastis. Kondisi 29 Oktober 2022, kasus terkonfirmasi Covid-19 tercatat sebanyak 6.487.905 orang , kasus aktif 23.748 orang dan 158.571 orang meninggal dunia.
Moment kerumunan massa, baik acara musik dan olah raga seakan mengingkari kenyataan bahwa Covid-19 belum pernah hilang dari muka bumi. Dulu, setiap orang menggunakan masker karena alasan menjaga prokes, sebaliknya saat ini orang menggunakan masker dianggap mahluk aneh. Tentu tidak semuanya berpandangan begitu.
Dalam acara yang melibatkan massa, sebagian orang tidak lagi mempertimbangkan apakah akan terjangkit Covid-19 atau tidak. Sebagian tak memerlukan masker dan menjaga prokes karena merasa telah divaksin booster.
Jatuhnya korban dalam kerumunan massa bukan fenomena baru. Salah satu penyebabnya adalah over kapasitas lokasi kegiatan. Bila kita amati di gedung-gedung bioskop, jumlah penontonnya juga banyak, tapi hampir tidak pernah terdengar penontonnya rusuh. Apalagi sampai sekarat terinjak-injak. Kuncinya adalah komitmen penyelenggara untuk menjaga keselamatan penonton. Di gedung bioskop jumlah karcis yang dijual sesuai dengan jumlah tempat duduknya.
Kegiatan pentas musik dan olahraga sebagian memang tak terlepas dari bisnis. Kaidah bisnis harus untung. Semakin banyak penonton yang hadir semakin besar pula potensi penyelenggara untuk menutupi biaya operasional dan menentukan margin. Pihak keamanan sebenarnya selalu bersiaga, tapi jumlah penonton yang tak terkendali membuat suasana menjadi tak kondusif.
Bagi penonton fanatik, terkadang faktor keselamatan menjadi tak terpikirkan. Merogoh kocek cukup dalam dan rela berhimpitan demi artis atau atlet pujaannya menjadi hal yang biasa. Ribuan penonton yang datang bergelombang dan terus membesar membuat penonton lainnya terdesak.
Tidak banyak yang dapat diperbuat. Ingin keluar gedung jalan telah dipenuhi manusia. Mereka terjebak dalam lautan manusia dan hanya pasrah. Sebelum rusuh membuncah, tips yang dapat dilakukan adalah berusaha menjauhi tengah lapangan. Beringsut secara perlahan ke tepi lapangan atau gedung. Selamatkan anak-anak yang terdesak. Posisi di tepi lapangan sedikit lebih aman. Meskipun stress, berusaha jangan panik hingga ikut berlarian. Saran penting lainnya, jangan memaksakan diri menonton bila kondisinya mengkhawatirkan. Mending tiketnya hangus, daripada mempertaruhkan nyawa.
#dokjay
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H