Lihat ke Halaman Asli

Bambang J. Prasetya

Praktisi Media Seni Publik

Ruang Sunyi Berhamburan Senyap Pantomimer Jemek Supardi

Diperbarui: 20 Juli 2022   21:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

#19

"Jarak aku dan kamu hanyalah kenangan yang tak ditemukan selain disemogakan."

Kabar meninggalnya Pantomimer Jemek Supardi sungguh mengejutkan. Sesaat membaca status Facebook Butet Kartaredjasa dan Bentara Budaya Sabtu 16 Juli 2022 sekitaran pukul 20.00 WIB. 

Meskipun menyadari kesehatannya memang setahun ini agak menurun. Kebiasaannya merokok pun sudah lama dihentikan sejak mengalami masalah dengan sistem pernapasannya.

Hampir yakin, jika siapapun yang mengenal almarhum dimintai kesaksian tentangnya, pasti akan penuh dengan cerita yang sarat kelucuan. Bisa jadi kisah satir tapi sangat mungkin sarkas. Begitulah sosok Pantomimer Jemek Supardi di mata rekan kawan sahabatnya. 

Panggung hidupnya adalah perjalanan seniman Pantomimer yang harus bersiasat terhadap hidup yang tidak seberuntung jenis seni lain yang lebih komersial Marketable.

Secara pribadi memang relatif akrab dengannya meskipun tetap dalam jarak keterbatasan ruang waktu dan kesempatan. Namun begitu Jemek Supardi adalah pribadi yang luwes dalam bergaul. Kepada siapapun dia bisa menjaga komunikasi secara baik. 

Jemek Supardi lahir di Sleman, Yogyakarta pada 14 Maret 1953. Tak terbayang oleh dirinya akan menjadi seorang pantomime yang cukup dikenal. Proses kreatifnya di dunia seni diawali dari keterlibatannya di sejumlah kelompok Teater yang ada di Yogyakarta. 

Ia pernah bergabung dengan sejumlah kelompok teater di Yogyakarta, seperti Teater Alam, Teater Dipo, Teater Dinasti dan Teater Boneka, dan sebagainya. Kesulitan dalam menghafal naskah, akhirnya menghentikan Jemek Untuk terus menggeluti dunia Teater, dia kemudian menjatuhkan pilihan pada seni pantomime yang lebih mengandalkan gerak tubuh.

Tak terhitung berapa kali ia berpentas mempertunjukan kebolehannya dalam berpantomim, tak terhitung pula berapa karya yang telah ia lahirkan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline