Munas HPI (Himpunan Pramuwisata Indonesia) telah berlangsung pada 4-6 Oktober 2016 di Lombok. Terpilih sebagai ketua umum baru DPP HPI periode 2016-2021 adalah Sangtu Subagya, yang sebelumnya adalah ketua DPD HPI bali. HPI merupakan organisasi para pemandu wisata resmi diakui oleh pemerintah tentunya memiliki keinginan untuk menjadi organisasi yang maju dan berkembang sejalan dengan perkembangan dunia pariwisata nasional. Apa visi,misi serta pandangan-pandangan ketua umum HPI tentang profesi kepemanduan terkait dengan kepariwisataan nasional? Simak bincang-bincang saya dengan Sangtu subagya berikut:
(Tanya). Sebagai ketua umum HPI, bagaimana pandangan Anda terhadap profesi kepemanduan wisata terkait dengan perkembangan kepariwisataan nasional saat ini?
(Jawab). Pertama tama yang perlu dipahami bahwa kita adalah pekerja pariwiswata yang terlibat secara langsung dan menjadi salah satu penopang pembangunan kepariwisatan nasional. Bicara pariwisata atau tourism, ada dua hal penting yang tidak bisa tidak harus selalu beriringan yakni produsen dan konsumen, pengusaha ada pekjerja. Dalam kontek keberadaan pemandu wisata, kita harus mendudukan terlebih dulu dimana posisi kita sebelum melangkah lebih jauh.
Kita adalah pekerja pariwisata yang cukup beruntung, artinya kalau kita bandingkan dengan pekerja pariwisata lain, kita adalah satu-satunya pekerja yang diregulated,ada kepmennya ada perda, ada pergub dll, sementara kalau kita coba telisik pekerja yang lain kan dak ada. Itu artinya bahwa signifikansi profesi kepemanduan termasuk profesi strategis dalam pembangunan kepariwisataan, karena tak bisa dipungkiri bahwa kita adalah pekerja yang berada di garda depan sebagai profesi yang memberikan pencitraan melalui pelayanan prima yang kita berikan. Saya sebagai ketua umum yang didaulat oleh teman-teman tentu memiliki misi yang diamanatkan sebagaimana tertuang dalam AD/ART yaitu untuk meningkatkan kemampuan teman-teman pemandu wisata untuk dapat memberikan pencitraan yang baik, itu intinya, sebagaimana telah saya sampaikan ke pak ASDEP bahwa kita telah, sedang dan akan terus berupaya meningkatkan profesolisme dalam rangka membangun pencitraan tersebut.
(Tanya). Menurut Anda sejauhmana profesionalisme teman-teman saat ini,apakah sudah memenuhi harapan?
(Jawab). Saya sebagai ketua umum mesti harus berbicara tentang anggota HPI yang sampai saat ini menurut saya tentu masih banyak hal yang harus dibenahi dan dilakukan untuk meningkatkan profesionalisme. Bicara profesionalisme tentu tidak serta merta, itu menyangkut pendidikan, pelatihan, jam terbang dan lain lain. Kita tentu tidak hanya bicara kuantitas tapi juga kualitas, jadi bukan hanya karena kejar tayang untuk memenuhi kebutuhan tapi terus mengabaikan kualitas dan profesiohalisme, kita tentu tidak ingin begitu, kita mau kuantitas dengan dibarengi kualitas dan profesionalisme. Apa ukurannya? Salah satu ukurannya adalah berkait dengan para user, ketika kita menuntut perbaikan guide fee masih resisten mereka, artinya balik mereka menunjuk kita tingkatkan dulu profesionalisme kalau memang bener-benar sudah profesional kan akan dibayar dengan layak kan begitu.
(Tanya). Jika demikian, mana yang harus didahulukan antara guide fee dan profesionalisme?
(Jawab). Menurut saya profesionalisme dulu, tentu untuk menjadi profesional itu melalui proses, jadi kalau toh kita belum profesional sehingga mendapatkan guide fee yang tidak sesuai dengan harapan, kita tidak perlu menyalahkan pihak lain, internalisasi dulu kita lihat ke bawah anggota-anggota kita yang kemampuannya masih dibwah kita berusaha untuk meningkatkan dengan pelatihan dan pendidikan.
(Tanya). Sebagai ketua umum terpilih, apa program jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang yang telah direncanakan?
(jawab). Untuk jangka pendek, saya gayung bersambut akan menindak lanjuti kebijakan pemerintah dalam pengembangan kemampuan dasar kepemanduan berupa bimtek atau program- progam pelatihan dalam rangka up grading teman-teman di daerah-daerah dalam knowledge,skill dan attitude, kemudian menindaklanjuti dengan program sertifikasi. Untuk jangka menengah, kita sedang menunggu apakah pariwisata benar-benar akan didorong sebagai core bussiness oleh pemerintah atau tidak. Kalau benar, tentu saja penguatan organisasi menjadi suatu yang sungguh dibutuhkan. Penguatan organisasi dalam konteks bahwa saya sebagai ketua organisasi akan berupaya terus meningkatkan marwah organisasi sehingga harapannya bahwa semua teman-teman senior yang memiliki kapasitas, para ahli dan intelektual dalam bidang kepemanduan ini bisa duduk bareng untuk menentukan berbagai kebijakan. Sejauh ini kita kan merasa belum diapresiasi sebagaimana mestinya, jadi kalau kita berkumpul dengan sesama pelaku pariwisata "seolah-olah" kita merasa seperti dinafikan. Ini menyangkut marwah memang, mungkin karena atribut kita kurang keren, atau barangkali isi otak kita juga nggak begitu...karena selama ini pengetahuan dan pengalaman kita kan sebatas kepemanduan saja.
(Tanya). Apakah selama yang dirasakan begitu?