Lihat ke Halaman Asli

Ruang Gelap

Diperbarui: 16 Desember 2024   12:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen Pribadi 

Ruang Gelap
Ya, terasa pekat dan pengap. Jalan berliku menyeret ku ke dalam ruang yang gelap dan pengap.
Bau keringat dan anyir darah, berserakan di setiap sudut ruangan. Jejak kehidupan yang kian membusuk. Pedih.
Pedih mata ini serta engap udara terpaksa ku hirup secara perlahan. Ya perlahan mematikan. Hati dan nurani.
Eksistensialisme mengajarkan aku tentang keteguhan di antara hidup dan mati. Asal tidak mematikan nalar.
Ruang gelap ini, aku tersudut bersama bayangan yang tidak pasti, Aku menyebutnya ketiadaan cahaya.
Indera perasa menuntun dalam meniti jalan, menembus batasan-batasan manusia, aku terlempar dalam kubangan, bukan lumpur tapi kepalsuan hidup.
Ruang ini bukan lagi tentang idealisme serta konsepsi sebagai lentera dalam meniti jalan. Semuanya berubah.
Pragmatisme melahirkan manusia-manusia yang hipokrit.
Aku disini bersama gelap bayangan.
Aku belum kalah.
Kukais kembali kehidupan dan aku tapalkan sebagai bagian dari monumental kepedihan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline