Beliau lama sekali termenung, untuk mencairkan suasana yang tiba-tiba kaku maka aku minta maaf dan mengalihkan pembicaraan ke soal-soal yang beliau sukai, yaitu soal politik atau geopolitik, serta kondisi politik dan hukum yang terjadi belakangan ini, namun kemudian beliau menjawab.
"Saya punya dua putri put, yang besar namanya Khanzan dan yang paling kecil namanya Aulia" jawab pak john.
Kemudian aku menjawab ringan saja, "Wah, keren pak, pak john pasti sayang banget sama anak-anak bapak", Aku mencoba mencairkan suasana agar tidak menjadi kaku, karena persoalan private, jadi aku sedikit khawatir pak john tersinggung, dan kemudian pak john menceritakan tentang keluarga kecilnya.
"Khanza lahir di jogjakarta put, dia anak yang pintar dan tentu saya sangat sayang kepada anak-anak saya, dan hampir setiap hari rasa rindu terhadap anak-anak saya, rindu senyum manja dan tangisannya, dan Aulia lahir di indramayu, dan baru berumur tiga tahun, lagi lucu-lucunya put" tandas pak john.
Setiap pak john aku selalu menatap wajah pak john, dan agak sedikit emosional ketika beliau menceritakan anak-anaknya, seperti ada air mata yang tertahan dan kerinduan yang mendalam dan semakin membuat saya penasaran, dari gerak bibir serta matanya, aku tau pak john sangat menyayangi anak-anaknya, dan aku pikir sudah seharusnya demikian, namun dari apa yang di ceritakan pak john kemudian gestur tubuh pak john saat menceritakan, aku menemukan sesuatu yang berbeda, sesuatu yang tidak biasa untuk ukuran seorang bapak.
Demi menjaga perasaan yang terlihat begitu emosional aku putuskan untuk menyudahi pertanyaan seputar kehidupan pribadi pak john, dan akupun pamit untuk masuk tenda. Karena udara sekitar puncak gunung prau semakin sore semakin menusuk tulang, sambil membereskan gelas dan matras sebagai alas duduk aku pamit duluan untuk masuk tenda.
"Ya sudah pak. Terimakasih atas semua cerita-cerita papk john, aku duluan pak, di luar dingin banget" ucapku.
Dan pak john hanya mengangguk sambil tersenyum, dan akupun meninggalkan beliau sendirian. Sebenernya aku sangat penasaran dengan kehidupan beliau, orang yang cukup di rendah hati dan sangat di hormati oleh teman-temannya, dan yang paling aku suka dari pak john adalah keberaniannya, beliau orangnya lugas dan tegas, apalagi kalau mengkritik kebijakan pemerintahan, aku juga sering mendengar kalau pak john seringkali memimpin aksi demonstrasi untuk menyuarakan aspirasi rakyat terkait suatu kebijakan yang katanya tidak berpihak pada nilai-nilai kemanusiaan, meskipun aku tidak begitu tau, namun tentu saja tidak mengurangi rasa hormatku pada pak john, bahkan aku pernah denger cerita kalau dulu pak john sempet di penjara setelah pulang dari aksi demo di kota cirebon pada 2014 silam, hal ini pengen aku konfirmasi ke pak john, Cuma aku tidak berani banyak bertanya, karena pak john cenderung pendiam untuk soal-soal pribadinya namun sangat terbuka untuk urusan publik.
Apapun itu, aku sangat berterimakasih sekali karena pak john telah banyak memberikan banyak pelajaran, terutama tentang sejarah bangsa dan negara yang ternyata tidak banyak aku ketahui.
Yang paling aku ingat ialah tentang bagaimana generasi hari ini harus terus belajar agar lebih mencintai negaranya dengan segenap tumpah darah, karena seringkali kebodohan memakan korban. Untaian kata yang sederhana namun penuh dengan makna yang mendalam, dan setelah aku renungkan ternyata ada benarnya juga, bahwa musuh utama dalam suatu negara itu ialah kebodohan rakyatnya, dan pak john seringkali berpesan kalau suatu saat nanti pucuk kekuasaan ini sampai kepada generasi saat ini, agar kemudian mampu mempertahankan kedaulatan bangsanya, jangan sampai nanti bangsa kita kembali terjajah, baik secara fisik maupun intelektualnya. Dan aku rasa memang seharusnya seperti itu.