Ada yang resah, kemudian bibir mengatup menahan tangis. Kisah hidupnya lebih menarik daripada pikiran-pikirannya. Aku semakin mengerti kenapa bapak selalu termenung di teras rumah dalam waktu yang lama, tanpa kata dan suara.
Ku lihat matanya menengadah jauh ke atas langit sana, sunyi dalam keheningan. Tentang tanggung jawab dan konsekuensi, memang harus di jalani. Seperti api yang sepi meninggalkan bara ditengah kegelapan, rintik hujan dan air mata tersamarkan, namun dua-duanya adalah kekuasaan Tuhan, membuat genangan dan mengingat kenangan. Hidup bagaikan uap yang nampak sejenak lalu hilang dan lakukanlah yang terbaik untuk hari ini karena esok kita tidak tau apa yang akan terjadi.
Nak, tidak ada perhiasan mahal yang tersemat untuk memper-elok lekuk tubuhmu selain rasa rendah hati dan cinta kasih kepada siapapun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H