Lihat ke Halaman Asli

Nasionalisme dalam Tindakan

Diperbarui: 28 Januari 2023   14:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen Pribadi

Mencintai bangsa ini tentu harus dengan segenap jiwa raga yang sehat serta nalar berpikir yang kuat, dan melihat kondisi terakhir bangsa ini sungguh sangat memperihatinkan, dimana kemiskinan yang hampir merata merasuk ke setiap desa-desa kian terasa menjadi momok yang sangat menakutkan dan menjadi pelengkap penderitaan dalam masyarakat pedesaan di beberapa wilayah, generasi muda yang tidak berdaya terhadap nasibnya, lantaran tidak cukup mendapatkan kesempatan yang sama untuk bersaing secara ekonomi, kondisi seperti ini pasti akan mempengaruhi psikologis anak bangsa, dimana hampir setiap individu tidak lagi mampu berpikir kritis dan taktis yang mengakibatkan generasi hari ini menjadi apatis terhadap kondisi dan situasi desa sekitarnya, faktor ekonomi yang sulit sudah pasti akan berpengaruh pada kondisi psikis dan mental generasi saat ini, karena kondisi ekonomi yang buruk akan membawa generasi ini pada situasi yang sulit untuk mengembangkan nalar berpikir yang konstruktif, karena kondisi demikian sudah dapat di pastikan membuat daya juang generasi bangsa ini bergeser ke wilayah individualistik, dan akan melenyapkan budaya berpikir kolektif.

Padahal kolektifitas pikiran bangsa dapat mampu untuk mengurai segala persoalan yang bangsa ini sedang hadapi, artinya generasi yang ketika menghadapi ekonomi yang sulit akan punya kecenderungan jauh dari rasa nasionalisme, dan harapan anak muda dalam berkontribusi untuk desanya akan tergerus oleh waktu.

Kita sebagai kaum muda harus mampu lepas dari jerat kemiskinan dan memulai gagasan dalam tindakan yang nyata, kita punya sejarah panjang untuk kemudian bisa bangkit dari keterpurukan hidup, hari ini sudah saatnya generasi muda mulai berpikir sehat dan konstruktif demi kelangsungan hidup generasi selanjutnya, kondisi hari ini menjadi pelajaran serta cambukan keras untuk mencapai kesejahteraan masyarakat yang para pejuang cita-citakan dahulu. kita harus mampu menekan segala bentuk perbedaan serta rasa egoisme. Kita harus mampu bersatu padu dan berpegang teguh pada tujuan, dan jadikan tujuan tersebut sebagai parameter dalam melakukan segala bentuk tindakan apapun. 

Banyak contoh dalam sejarah bahwa awal dari kemerdekaan adalah susunan pikiran yang konstruktif dan revolusioner, Soekarno, Hatta, Tan Malaka serta Tokoh-tokoh pejuang lainya membuktikan bahwa dengan pikiran-pikiran kolektif akan sampai pada kemerdekaan bangsa. Pikiran-pikiran mereka yang lahir dari ruang-ruang sempit serta pengap ternyata mampu menjadi nyala api atas kegelapan dan menjadi lentera suatu negeri.

Intelektual yang nasionalis harus bertindak untuk merumuskan dan menemukan solusi atas kemiskinan yang terus saja membelenggu jiwa setiap anak bangsa. Dewasa ini kita harus mampu merumuskan ide serta gagasan terkait konsep pemerataan ekonomi berbasis pada masyarakat pedesaan, dan kita mulai ini semua dalam bentuk tindakan di setiap masing-masing desa. 

Kita semua jangan lagi berdiam diri melihat kemunduran yang sedemikian merangsek masuk kedalam sendi-sendi kehidupan. Dan sejarah panjang bangsa ini membuktikan bahwa bangsa kita adalah bangsa yang besar, bangsa yang kuat serta bangsa yang makmur. dan sejarah itu menjadi spirit serta bara api yang membara dan menjadi semangat perjuangan di setiap dada anak bangsa. Kita harus sadar bahwasanya kesejahteraan itu tidak diberi, melainkan direbut.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline