Lihat ke Halaman Asli

Gelap yang Sunyi

Diperbarui: 27 Oktober 2022   15:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen Pribadi 

Malam, padahal telah aku bunuh karena gelap begitu merusak ku dalam terang.

Dimana rasa sayang ke manusia semakin kuat bersama ribuan rindu yang datang menghunus pilu. matilah sudah malam itu beserta rindunya. 

Malam begitu kejamnya, tanpa belas kasih, tanpa toleransi yang kemudian datang dengan gelap beserta sunyi yang bunyi, hinggap serta masuk ke setiap relung-relung jiwa yang tidak punya daya serta upaya.

Aku, disetiap gelap yang sendiri, bertengkar dengan malam yang terus merongrong ketenangan, adakah secercah harapan, semuanya sama, nilai-nilai kemanusiaan yang luntur oleh kesombongan dunia. dan malam yang tenang untuk mereka yang merasa genap dalam segala hal. ini sungguh tidak adil dalam kasih.

Kemudian pagi, dimana manusia menjalani hidup secara normal, mereka yang tersenyum dan menyambut cerah hari dengan penuh asa dan keinginan hati. mereka yang berpencar memenuhi setiap sudut kota. adakah kalian iba dan berbagi cinta pada lelaki di ujung jalan sana.

Pagi yang dingin, manusia menebar benih-benih kehidupan yang disebut cinta, namun aku enggan sekali untuk beranjak dari gelap, karena aku menunggumu kekasih, yang tanpa asa serta ingin. 

Dan kepada pagi, kepada embun serta angin, ku titipkan rinduku yang tercerai berai oleh tajamnya bilah kehidupan. Aku mohon terimalah dan datanglah.

Aku bersandar pada harapan yang kian rapuh oleh keserakahan, aku menantimu datang dengan senyum seraya mengulurkan tangan untuk mengentaskan aku dari kegelapan. aku mencintaimu kasihku, rasa yang begitu sangat kuat menjadi perisai terakhirku.

Kepada wajah-wajah munafik, ku berikan cinta ini untuk kalian, nikmatilah.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline