Pasukan penyergap selesai memeriksa seluruh ruangan. Pasukan memberi isyarat, bahwa apa yang mereka cari tidak ada, lalu memberi isyarat keluar kamar untuk menyisir tempat yang lain, pintu ditutup.
" Ayo boss, kita ambil berliannya." Red menempelkan telunjuk ke bibir asistennya." Sst. Lanjutkan saja ." Red meneruskan bercinta." Tapi boss berliannya ?." Ia tetap diam dan melanjutkan bercinta. Matanya terus melirik ke arah pintu.
" Diamlah !." Asistennya memilih diam, tanpa di duga, satu tentara tiba-tiba mendobrak pintu kembali, sembari mengacungkan senjata, kembali keduanya saling menatap." Ah dasar mengganggu saja. "
Red mengacuhkannya dan terus melanjutkan percintaan, pasukan menutup kembali pintu kamar. Setelah tak lagi terdengar suara tembakan Red meninggalkan ranjang, tangannya meraih handuk lalu melipatkannya di pinggang.
Perlahan ia keluar kamar dengan berjalan mengendap-endap. Ia membuka pintu kamar Jonathan, kosong. Ia lalu menyisir seluruh ruangan, ia tidak menemukan siapa pun. Ia bergegas kembali ke kamarnya saat kapal di bawa menuju pelabuhan Pontianak Kalimantan Barat.
Memasuki sungai Kapuas. Red berdiri di tepi kapal bersama dua asistennya. Ia memberi isyarat ke arah kanan kapal. Terlihat enam sosok berterbangan, melompat di antara kapal demi kapal yang bersandar di pinggir sungai.
- Tiba di Jakarta
Lautan yang gelap perlahan menampakkan pulau-pulau nan cantik yang di hiasi cahaya-cahaya lampu yang lambat laun semakin terang terlihat, kerlip-kerlip cahaya itu seperti kilauan permata yang tersebar di pingiran pantai.
Para penumpang berlarian kecil ke luar kapal, lalu berdiri di pinggir-pinggir kapal dengan perasaan suka cita, seakan mereka telah sampai ke pulau harapan, tempat di mana segala mimpi dan kebahagiaan itu ditambatkan.
Pemandangan indah tampak menghiasi seluruh hamparan pelabuhan Tanjung Priok yang mulai terlihat dari kejauhan. Kapal perlahan merapat pelabuhan, enam bayangan hitam melesat di antara atap-atap kapal, truk dan bangunan-bangunan gudang pelabuhan.
Isabel, Jonathan Gabriel, Fox, Angel dan Pluto terlihat riang ketika menapaki pinggiran kota Jakarta yang di tuju. Tidak jauh di ujung jalan yang mereka lewati, terdapat kedai kopi yang buka dua puluh empat jam, tempat para supir taksi dan angkot ibu kota nongkrong.