Keputusan Rafi Ahmad mengganti nama clubnya dari Rans Cilegon FC menjadi Rans Nusantara FC kayanya menujukan Rafi kurang paham bisnis sepak bola.
Nasibnya akan sama dengan Pelita Jaya. Klub kaya raya, prestasi tingkat asia, sekarang tidak tersisa setelah berganti nama jadi Madura United.
Pelita Jaya tadinya dicinta warga Jakarta karena kandangnya di stadion lebak bulus. Persija malah kurang dilirik oleh warga Jakarta. Setelah Persija bersinar dan punya fans fanatik, Pelita Jaya pindah dari satu pemilik ke pemilik lainnya, otomatis membawa nama daerah tempat homebasenya.
Pelita Jaya Cilegon,Karawang, sampai Pelita Persipasi Bandung Raya, hingga akhirnya terdampar di stadion gelora Bangkalan dan berganti nama jadi Madura United.
Nama Madura inilah yang bikin club punya fans fanatik. Nyawa club sepak bola bukan pemain yang hebat , tapi fans fanatik. Dan fanatisme dalam dunia sepak bola tidak bisa lepas dari nama kota masing-masing club.
Rans Cilegon bisa jadi akan punya fans fanatik seperti bobotoh dan Jakmania kalau Rafi sedikit bersabar. Cilegon kan belum punya club sepakbola tingkat nasional. Fans fanatik inilah yang akan menghidupkan club.
Fanatisme kedaerahan dalam dunia sepakbola nggak ada hubungannya dengan tidak cinta atau cinta NKRI. Kecuali Barcelona dan itu cuma satu-satunya, karena sejarah etnik tertentu. Keinginan Barcelona menjadi negara merdeka juga nggak semua warganya dukung.
Jadi kalau Rafi ikutan genit mengganti menjadi Nusantara, fansnya orang mana coba? Muslim nusantara? Nggak mungkinlah. Atau supaya dibilang nggak radikal radikul memakai embel-embel nusantara,gitu?
Walaupun misalnya nanti IKN jadi berdiri, dan Rans pindah ke sana, tetap saja kalau mau punya fans fanatik harus bawa nama kota tempat kandang.
Terserah Aa Rafi sajalah asal jangan jadi Capresnya PKS.