Media memberitakan, Amusrin Kholil relawan sekaligus korban gempa Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, dijerat Undang Undang Informasi dan Transaksi Elektronik.Gegara dia menulis di kolom komentar face book menumpahkan segala unek-uneknya yang sudah bertumpuk-tumpuk tertimbun dalam dirinya.
Bukan hanya rumahnya yang luluh lantak oleh gempa, tiga keluarga Amusrin Kholil meninggal dunia akibat gempa. Tapi Amsurin berusaha tetap tabah. Dia tidak meratap di atas puing-puing penderitaan. Dia berusaha tegar.
Ketegarannya terubukti dengan ikutan menjadi relawan Endris Foundation. Organisasi yang membantu kelompok difabel di NTB. Saat gempa, organisasi itu bertindak cepat dengan membantu warga korban gempa. Kurang apa kemuliaan dan ketegaran dan kesabaran hati Amusrin?
Kesabarannya juga diuji saat kampaanye Pilpres 2019 kemarin. Saat korban gempa mengeluh lambannya penanganan pemerintah pusat dan daerah menangani korban gempa yang hanya diberikan janji-janji manis, TGB memuja-muji Jokowi sebagai presiden yang berhati mulia membantu korban gempa.
Menurut TGB, Presiden Jokowi walaupun kalah di NTB pada Pilpres 2014, tapi perhatiannya pada NTB luar biasa besar, bolak balik ke Lombok bahkan ikutan tidur di tenda bersama pengungsi gempa.
Walaupun belakangan TGB mengatakan, orang yang mengaitkan dukungannya kepada Jokowi karena gempa Lombok sebagai orang cacat iman. Amrusil seperti tidak peduli dengan puja-puji TGB kepada Jokowi walaupun di lapangan dia merasakan hal yang bertolak belakang.
Tapi sesabar-sabarnya anak manusia seperti Amrusil ini akhirnya kesabarannya jebol juga. Pada 26 September 2018, Amusrin Kholil mengomentari status Facebook temannya. Dia menuliskan kalimat yang menurut pejabat di Lombok Utara mengandung ancaman.
"Bunuh dan seret semua jajaran PEMDA KLU kalau tidak segera merealisasikan dana bantuan tersebut...... Bantai semua para pemangku kebijakan yang bertele-tele dalam mengayomi warga korban..... Saya sangat tidak setuju dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh PEMDA," tulisnya.
Kemarahannya ditumpahkan bukan pada pemerintah pusat, tapi pada pemerintah daerah. Bayangkan, rumah hancur, tiga keluarga meninggal, berusaha tegar dengan membantu difabel, mendengar pujian-pujian saat kampanye yang tidak seuai kenyataan, mestinya dengan latar belakang itulah menilai komentar Amrusil.
Bagi orang-orang yang tidak merasakan penderitaan Amrusil barangkali menganggap komentar Amrusil itu kasar, dan memang kasar, tapi dari latar belakangnya ya tetap manusiawi. Sudah jadi hal yang lumrah ketika ada orang yang ditimpa musibah ditinggalkan mendadak oleh orang yang sangat dicintianya, sohibul musibah meratap atau bahkan ada yang menangis meraung-raung, orang yang tidak ditimpa musibah mencoba menyabarkan dengan sejumlah kata-kata bijak. Tapi ketika musibah itu menimpa dirinya, giliran dia yang dinasehati dengan kata-kata bijak itu.
Tambah lagi, media juga memberitakan dalam persidangan, Kuasa hukum Kholil, Yan Mangandar Putra, bersama rekan kuasa lainnya menghadirkan Wakil Bupati Lombok Utara, Sarifudin.
Dalam keterangan usai disumpah, Sarifudin yang menjawab pertanyaan pengacara, mengatakan roda pemerintahan Lombok Utara tidak terganggu akibat komentar Kholil di Facebook.