Lihat ke Halaman Asli

Balya Nur

Yang penting masih bisa nulis

Sudut Pandang Kang Emil, Sudut Pandang Bang Anies

Diperbarui: 28 Februari 2019   11:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kang Emil meresmikan Sudut Dilan. Sumber foto : Pikiran Rakyat.com

 "Tadi saya melihat film ini, Dilan itu, sebuah kesederhanaan yang diambil sudutnya, dengan sudut pandang, dengan kamera yang pas gitu. Jadinya, semuanya apa, e, kaget dan menjadi sebuah booming. Ini sudah lebih dari berapa? Tujuh juta kan?" 

 Itu pendapat Jokowi setahun lalu, 25 Pebruari 2018 setelah menonton film Dilan. Entahlah, apakah karena ada kata sudut, maka Kang Emil punya ide bikin Sudut Dilan di sebuah taman di Bandung. Pembuatan Sudut Dilan menurut Kang Emil sangat bermanfaat dan menunjukkan keberpihakannya kepada pengembangan kebudayaan Jawa Barat. Sudut Dilan akan jadi tempat untuk mengekspresikan nilai sastra, sebab menurutnya, film Dilan mengekspesikan nilai sastra itu sendiri.

 Benar kata Jokowi, Dilan memang bisa bikin "semuanya, apa, e, kaget dan menjadi sebuah booming." Sebagian masyarakat kaget, Para budayawan kaget, pengamat kaget, sastrawan kaget. Salah satu yang kaget,  kritikus sastra Maman Mahayana.  Maman menyoal kontribusi Dilan.

 Maman mengusulkan agar orang nomor satu di Jawa Barat itu mempertimbangkan apakah sosok yang diusulkan memiliki kontribusi bagi bangsa Indonesia atau tidak. Bahkan, Maman menyebutkan jika hal itu sangat berbahaya dampaknya, terutama bagi masyarakat.
 "Kalau kemudian pemerintah atau siapapun membuat nama-nama yang belum jelas kontribusinya itu naif. Pelajari dulu lah sejarah atau cari orang-orang yang memang pantas. Itu sangat berbahaya," serunya.
 " Kalau pejabat melakukan seperti itu nanti akan ditiru oleh masyarakat. Itu orang tuna sejarah itu, latah dan ikut heboh pada sesuatu yang tidak jelas. Naif itu," lanjut Maman.

 Soal apkah novel  Dilan punya nilai sastra, Maman tidak mau buru-buru menilai. Banyak dikatakan jika novel Dilan karya Pidi Baiq tersebut belum layak untuk dijadikan simbol kesastraan, Maman mengungkapkan jika hal itu memang perlu dikaji lebih jauh.
 "Ya kita harus pelajari dulu novelnya layak atau tidak, seperti yang sudah jelas ya, karya maestro kita punya Pram (Pramoedya Ananta Toer), itu jelas kontribusinya dan itu sudah diterjemahkan berbagai bahasa harusnya itu yang diangkat," tutur Maman.

 https://www.viva.co.id/.../1125379-dilan-corner-dan-hari-dila...

 Gelombang kritikan bikin tensi darah Kang Emil naik. Pikiran Rakyat bikin judul berita, Ridwan Kamil Meradang Ditanya Urgensi Bangun Sudut Dilan. Dengan nada meninggi, ia meminta media massa tak membentur-benturkan persoalan mana yang penting antara  kebudayaan kontemporer dan tradisi. "Pertanyaanya memberi manfaat atau tidak, itu saja. Kalau memberi manfaat, kenapa tidak," kata Ridwan Kamil

 Nada Ridwan Kamil agak meninggi dan mulai mengarahkan tubuhnya kepada pewarta Pikiran Rakyat yang menanyakan alasannya memilih Dilan dari pada tokoh-tokoh Sunda atau Jawa Barat lain yang berjasa dalam pengembangan budaya.

 Pikiran Rakyat sempat memberikan contoh tokoh budaya Sunda seperti pedalangan Asep Sunandar Sunarya yang malah minim apresiasi dari pemerintah asalnya.

 "Kan saya bilang hidup itu kan gimana momentum, Anda engga mendengar apa yang saya perbincangan. Saya membangun pusat budaya di semua daerah menandakan keberpihakan gubernur pada budaya itu begitu rupanya," ucap Ridwan Kamil.

 Saya mau memandang dari sudut pandang kamera yang kurang pas, sudut pandang politik. Setelah melepaskan diri dari kubu Prabowo,  Kang Emil mendukung Jokowi 2 priode. Secara politik, tentu saja Kang Emil harus memulai lagi dari awal. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline