Diksi pemberitaan televisi soal pembakaran bendera tauhid disesuaikan demi kepentingan boss dan pemirsa setianya. TV One menyebut pembakaran bendera tauhid. INews menyebut bendera bertuliskan aksara Arab. Metro TV dan Kompas TV menyebut bendera.
Setelah Pak Wiranto dan Banser bikin konpres yang dengan tegas tanpa bisa ditawar sehuruf pun bahwa yang dibakar adalah bendera HTI, ditambah teguran NU kepada MUI dan Muhammadiyah agar mengoreksi bendera tauhid menjadi bendera HTI, keempat televisi itu mulai seragam menyebut bendera tanpa embel-embel.
Perubahan pemilihan kata oleh TV One mudah ditebak latar belakangnya. Pasti ada teguran entah oleh siapa. Masih bagus lah TV One menyebut bendera saja tanpa embel-embel HTI atau Tauhid. Itu pemilihan kata jalan tengah
Jika TV One ngotot menyebut bendera tauhid, dia bisa dituduh pro Kemendagri, MUI, Muhammadiyah dan sebagian umat Islam. Sebut saja diksi "mazhab " Kemendagri. Jika berubah menjadi bendera HTI, bisa dituduh pro Banser, NU, Menkopolhukam, dan polisi. Sebut saja diksi "mazhab" Banser.
Arogansi penertiban diksi kepada para media televisi ini menimbulkan rasa nggak nyambung antara judul dan isi. Misalnya pagi tadi TV One mewawancarai polisi yang menyidik kasus ini. Judul berita TV One, pembakaran bendera. Tapi polisi diksinya bermazhab Banser dengan menyebut bendera HTI. Bikin pemirsa yang bermazhab Kemendagri menjadi gregetan.
Adil itu mahal, Gaes...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H