Ketika membahas soal surga dan neraka, kata para ustadz, tidak pantaslah sorang muslim merasa 'ujub ( Takjub, sombong dengan membanggakan diri dengan amal sholihnya) dan dia merasa sudah pasti akan masuk surga.
Pak ustadz mengutip hadist riwayat muslim, "Tidak ada amalan seorangpun yang bisa memasukkannya ke dalam surga, dan menyelematkannya dari neraka. Tidak juga denganku, kecuali dengan rahmat dari Allah."
Tapi bukan berarti manusia untuk mencapai surga itu berpangku tangan menunggu rahmat Allah. Allah sudah memberikan juklak pada manusia untuk mendapatkan rahmatNya.
"Itulah surga yang dikaruniakan untuk kalian, disebabkan amal sholih kalian dahulu di dunia" (QS. Az-Zukhruf : 72)
Tugas manusia beramal sholih sesuai petunjuk Allah dan Rasulnya. Selebihnya, diserahkan pada Allah sebagai otoritas pemberi rahmat dan Rasul yang telah Allah berikan hak syafaat.
Pembicaraan manusia soal surga dan neraka adalah terbatas pada persoalan amal sholih. Jika engkau beramal sholih maka insya Allah akan masuk surga, jika tidak engkau akan masuk neraka. Begitu cara membacanya. Jadi, jika ada manusia yang dituduh sebagai pemegang kunci surga, sama saja dengan menyamakan manusia dengan Allah. Tuduhan itu sudah di luar konteks pembicaraan amal sholih.
Tapi dalam konteks pembicaraan sehari-hari di luar konteks pembicaraan agama, pemegang kunci surga merupakan majas hiperbola.
Dalam konteks politik kekinian, tuduhan pemegang kunci surga adalah bahasa politik untuk menyudutkan satu kelompok. Karena hanya Allah satu-satunya "pemegang kunci surga," maka tidak ada satu manusia atau kelompok pun merasa nyaman dengan tuduhan itu. Dengan kata lain, kunci surga adalah barang panas.
Awalnya, kubu Prabowo bertahun-tahun dituduh sebagai para pemegang kunci surga. Sampai akhirnya akhirnya barang panas itu diambil oleh Farhat Abbas, timses Jokowi-KHMA. Posisinya jadi berbalik arah. Giliran kubu Jokowi yang dituduh pemegang kunci surga. Dan itu cukup membuat tuduhan kepada kubu Prabowo seperti hilang ditiup angin putting beliung.
Makanya nggak heran kalau FA dipecat dari timses. Tapi tidak menolong banyak, karena FA tetap sebagai caleg PKB. Dalam pemilu serantak, caleg otomatis jurkam capres yang dipilihnya.
Setelah itu ada juga pernyataan Cak Imin yang kurang lebih mengatakan, untuk masuk surga, walaupun ibadahnya kurang, yang penting pilih PKB dan Jokowi. Tapi entah kenapa, ucapan Cak Imin tidak mampu menggeser posisi FA sebagai pemegang kunci surga.
FA tidak tahu bagaimana caranya melepaskan barang panas itu. Hingga akhirnya datanglah "penolongnya," Novel Bamukmin. Di hadapan emak-emak, Novel mengatakan jika ingin masuk surga mintalah ( pinta ) kepada Allah, kepada Rasul, dan kepada Prabowo.