Barusan TV One membahas soal reaksi jamaah sholat di area gempa bumi Lombok. Menghadirkan nara sumber ustadz Zacky Mirza dan seorang ahli konstruksi bangunan. Ditayangkan reaksi jamaah di beberapa masjid dan mushala saat gempa. Ada yang kabur, ada juga yang bertahan.
Menurut ustadz Zacky, tidak ada yang salah dari kedua reaksi itu, baik yang kabur maupun bertahan, karena memang dibenarkan membatalkan sholat jika ada bahaya, baik membahayakan diri sendiri maupun orang lain.
Tentang video viral yang tetap bertahan saat gempa, ustadz yang pernah menempuh pendidikan di Fakultas Ushuluddin Universitas Al Azhar Kairo Mesir itu bukan hanya kagum pada keteguhan hati sang imam sholat, tapi juga dia mengatakan bahwa dirinya belum tentu bisa seperti imam itu.
Video viral yang dimaksud adalah sholat berjamaah di mushola Asyuhada, Denpasar, Bali. Nampak dalam video, imam tetap bertahan dengan tangan kiri memegang tembok ketika guncangan gempa semakin kencang. Imam spontan membaca ayat kursi dan mengulang pada bagian, Allahu laa ilaaha illa huwal hayyul qayyum. Laa ta'khudzuhuu sinatu wa laa nauum (Allah, tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Dia yang hidup kekal lagi terus-menerus mengurus makhluk-Nya, tidak mengantuk dan tidak tidur).
Menurut ketua DKM mushola Asyuhada yang diwawancarai TV One, rekaman sholat itu karena malam itu ada pengajian dan juga mengundang muadzin seorang qari yang punya suara bagus. Pengajian itu biasa disiarkan live via facebook.
Imam sholat itu bernama Syekh Arafat Mahnabi Al Yamani. Dari namanya mudah diterka beliau berasal dari mana. Beliau bukan imam tetap di mushola itu. Menurut kabar, beliau semacam musafir yang bisa tiba-tiba datang dan pergi sekehendaknya. Menurut ketua DKM, Syekh Arafat menolak diwawancarai karena khawatir akan menjadi riya.
Ada beberapa hal yang menarik. Pertama, nama mushola itu. Belakangan ini, jangankan mendengar kata syuhada, orang-orang yang syahid di jalan Allah, mendengar kata mujahid, orang yang berjihad di jalan Allah saja sudah langsung dihubungkan dengan teroris, sekurangnya dicap negatif.
Kedua, mendengar nama imam Syekh Arafat Mahnabi Al Yamani yang kearab-araban ( dan memang arab beneran ) dengan mengenakan pakaian Arab akan dihubungkan dengan NKRI secara negatif. Nama mushola digabung dengan nama imamnya kemungkinan besar akan ada yang memberi stempel bukan Islam Nusantara.
Apa pun penjelasan soal Islam Nusantara, faktanya di akar rumput pemahamannya seperti itu. Perlu kerja keras dan terkoordinasi para pengusung IN untuk memberikan pemahaman yang benar soal IN. Video viral itu barangkali merupakan jalan untuk menghapus stigma itu.
Ketiga, ini yang menarik. Syekh Arafat menolak diwawancarai media karena khawatir riya. Jaman now, era pencitraan yang luar biasa, hal sepele saja dimanfaatkan untuk mendongkrak nama seseorang, masih ada yang menolak popularitas yang oleh para pemburu pencitraan dianggap merupakan rejeki nomplok.
Barangkali berlebihan jika dihubungkan dengan sifat Uwais Al-Qarni, hamba Allah di masa Rasullullah yang disebut " Terkenal di langit tapi tidak terkenal di dunia. " Syekh Arafat dan Uwais sama-sama kelahiran Yaman. Uwais lahir di desa Qarn, makanya julukannya Al-Qarni. Barangkali bisalah disebut Syekh Arafat mengikuti jejak kecil Uwais.