Sebagai pengamat Kecebong mau tidak mau saya harus membaca para elit Kecebong. Sebenarnya bacaan para Kecebong sangat sederhana hingga tidak membuat kepala pening membacanya. Malah terkadang bisa bikin ketawa ngakak.
Elit yang bergelar Sm (Seleb medsos ) saja tidak bisa membedakan kota Kiev dan kota Damaskus. Tidak bisa membedakan Putri arab dengan aktris India. Maka jangan heran kalau juga tidak bisa membedakan mana tulisan yang biasa saja dengan tulisan yang bagus
Sebut saja nama Denny Siregar,Sm. Sebagai pengamat Kecebong saya sudah menuliskan pengamatan saya soal DS menghadapi kenyataan NU protes soal penerapan FDS. Saya sudah menduga DS dalam situasi galau nggak kepalang seperti dihadapkan harus memakan buah simalakama.
Sebenarnya ada satu jalan, yakni meracik buah simalakama menjadi bahan baku untuk dijadikan kopi. Jadi, kutukan buah malakama tidak berlaku karena menyeruput beda dengan memakan. Cuma berhubung buah simalakama tidak punya juklak meracik menjadi kopi, bisa beraikbat fatal. Alih-alih bapak atau ibu mati, malah jangan-jangan dia sendiri yang akan mati
Maka satu-satunya jalan adalah istirahat menulis, menyodorkan tulisan orang lain yang dianggap bagus. Maka pada tanggal 12 Agustus kemarin, DS menulis di bawah judul " Pemerintah yang Gagal Bercerita." DS mengcopas tulisan Fahd Pahdepie (FP ) berjudul " Gagal Paham FDS dan Gagalnya Story Telling Menteri Muhadjir."
Pada pengantarnya DS menulis, Ini tulisan bagus. Kita mencoba memahami kedua belah sisi dalam melihat sebuah kebijakan. Dan tulisan ini menggambarkan apa yang saya sebut 'Kegagalan komunikasi' pemerintah.Apakah benar tulisan itu bagus? Hahahaha Silakan baca kembali paragraph 2.
Silakan buktikan sendiri di link
https://www.facebook.com/dennyzsiregar/posts/1547559731973556
Dalam tulisan itu FP yang mengaku pernah diundang langsung oleh Pak Muhadjir yang berstory soal FDS, menyayangkan Pak Muhadjir kurang pandai "mendongeng" soal FDS hingga program FDS yang dipuji setinggi langit oleh FP, kurang dipahami oleh golongan yang memprotes. FP yakin kalau Pak Muhadjir pandai "mendongeng" tentu tidak akan terjadi kesalah pahaman soal FDS.
FP malah melihat lebih jauh pada soal yang berhubungan dengan pariwisata. Soal pentingnya keluarga jalan-jalan setiap akhir pekan mengunjungi tempat yang indah dan makanan Maknyuss
Sampai di sini saya mencari, apa yang disebut bagus oleh DS? Apa yang dimaksud memahami kedua belah sisi? Apakah DS menganggap para petinggi, para ulama NU yang protes keras itu tidak paham luar dalam soal FDS yang kemudian akan diperpreskan dan dirubah menjadi Sekolah Lima Hari? Petinggi NU yang sangat dekat dengan pemerintah ente anggap cuma mendengar bisik-bisik tetangga soal kebijakan FDS, Den?
FP menutup tulisannya dengan imbauan ala pejabat, Mungkin, ini saatnya duduk bersama dan saling 'bercerita'. Berceritalah dengan baik.