Lihat ke Halaman Asli

Balya Nur

Yang penting masih bisa nulis

Kemarahan Taufik pada Hamba Tuhan Sembilan Senti

Diperbarui: 1 September 2016   11:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di usia tuanya penyair Taufik Ismail punya hobi baru, marah-marah. Sebagai penyair tentu saja kemarahanya dtuangkan dalam sejumlah puisi yang panjang-panjang, sebab kalau pendek bukan lagi marah namanya, tapi menahan amarah.

Di sebuah simposium yang banyak dihadiri oleh fans club PKI, Pak penyair tua ini membacakan puisi kemarahannya pada kelakuan buruk PKI. Tanpa dikomando fans club PKI berteriak-teriak mengusirnya. Ada yang berteriak seperti pengamat sastra bahwa yang dibacakan oleh penyair senior kita ini bukan puisi. Mungkin bagi mereka puisi adalah kumpulan kata-kata indah yang bisa bikin hati adem seperti habis minum sirop dingin campur timun suri di bulan puasa. Atau mungkin puisi adalah kumpulan kata yang rumit, lebih rumit dari rumus ilmu hitung Muhammad bin Musa al-Khawarizmi. Pemilihan kata pada puisi Taufik Ismail yang tanpa polesan pemanis rasa bagi mereka tak lebih dari catatan harian anak sekolah yang baru diputuskan pacarnya.

Bukan hanya pada kelakuan buruk PKI saja pak Taufik menumpahkan kemarahannya. Pada perokok juga. Majas personifikasi yang digunakan tidak tanggung-tanggung. Pak tua kita ini menyebut para perokok sebagai hamba “ Tuhan Sembilan Senti.” Padahal perokok dari kelas ringan sampai kelas berat, sebiji zarah pun tidak penah terpikir menjadikan rokok sebagai tuhan keduanya. Malah sebaliknya, penganut atheis menganggap Tuhan sebagai candu.

Sasaran kemarahnnya ditujukan kepada siapa saja, dari berbagai macam profesi, latar belakang, pendidikan, sepanjang dia perokok maka pantas diberi stempel hamba tuhan sembilan senti

Tuhan Sembilan Senti

Indonesia adalah sorga luar biasa ramah bagi perokok,
 tapi tempat siksa tak tertahankan bagi orang yang tak merokok,

Di sawah petani merokok,
 di pabrik pekerja merokok,
 di kantor pegawai merokok,
 di kabinet menteri merokok,
 di reses parlemen anggota DPR merokok,
 di Mahkamah Agung yang bergaun toga merokok,
 hansip-bintara-
 perwira nongkrong merokok,
 di perkebunan pemetik buah kopi merokok,
 di perahu nelayan penjaring ikan merokok,
 di pabrik petasan pemilik modalnya merokok,
 di pekuburan sebelum masuk kubur orang merokok,

Beruntung sastrawan tidak disebut padahal menurut kabar, Khairil Anwar adalah perokok berat. Menurut hikayat pula, sebagian besar penggiat sastra adalah perokok. Orang-orang yang berkecimpung dalam dunia pendidikan termasuk yang tidak beruntung

Di balik pagar SMU murid-murid mencuri-curi merokok,
 di ruang kepala sekolah ada guru merokok,
 di kampus mahasiswa merokok,
 di ruang kuliah dosen merokok,
 di rapat POMG orang tua murid merokok,
 di perpustakaan kecamatan ada siswa bertanya
 apakah ada buku tuntunan cara merokok,

Pegawai kesehatan juga masuk daftar yang tidak beruntung, karena juga menjadi sasaran kemarahan pak Taufik

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline