Lihat ke Halaman Asli

Balya Nur

Yang penting masih bisa nulis

Sineas dan Kearifan Lokal

Diperbarui: 17 Juli 2016   10:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

syuting sinetron anak jalanan, sumber foto beritabanten.co.id

Pada penghujung tahun 2012, media cetak dan media sosial ramai memberitakan kematian pasien berusia 7 tahun bernama Ayu di RSAB Harapan Kita karena terlambat penanganan disebabkan ruang ICU dipakai syuting sinetron.  DPR, Menkes, masyarakat breaksi keras, mengecam crew sinetron itu.

Ruang  ICU dipakai syuting memang sangat tidak umum. Biasanya pihak rumah sakit menyediakan ruang khusus yang agak jauh dari ruang perawatan untuk diseting mirip ruang ICU plus peralatannya.  Tapi berdasarkan informasi rupanya co sutradara sinetron itu ngotot minta ruang ICU yang aseli hingga dia bertengkar dengan unit manager, crew yang bertugas mengurus izin lokasi, dan berbuntut pengunduran diri sang unit manager.

Kali ini  diberitakan crew dan artis sinetron bikin ulah lagi. Sinetron Anak Jalanan yang ditayangkan RCTI syuting di  masjid Al Kautsar, Ciparay, Banten. Tanpa diberitahukan oleh DKM masjid itu pun sebenarnya setiap warga dari negara dengan penduduk muslim terbasar ini mestinya mengerti apa yang boleh dan tdak boleh dilakukan di sebuah masjid.

Rupanya unit manager dan sutradara sinetron itu seperti tidak paham etika syuting di masjid. Artis wanita  didampingi oleh beberapa crew berdiri di atap teras masjid menyapa para penggemarnya seperti layaknya di panggung konser musik. Itu yang nampak di gambar, belum lagi apa yang dilakukan di dalam masjid.

Komunitas muslim setempat dan para ulama melayangkan protes keras ke RCTI. Tentu saja mereka kan tidak tahu kalau yang bertanggung jawab adalah pihak PH. Mereka menuntut RCTI meminta maaf, kalau tidak akan dijaukan ke muka hukum dengan tuduhan penistaan agama.

Dari beberapa peristiwa tersebut mestinya para sineas bisa mengambil pelajaran, bahwa kreatif saja tidak cukup. Sebagai tamu, siapa pun dia, tak perduli seleberis harus memahami kearifan  lokal, dan menaati aturan yang berlaku di suatu tempat. Bahwa memang secara psikologis para bintang baru itu sedang menikmati kepopulerannya, hingga mereka merasa apa saja yang mereka perbuat di tempat mana saja akan disukai oleh masyarakat peneggemaranya, mereka lupa ada masyarakat yang lain yang tidak mengenal meraka.

Tentu saja tidak semua crew dan artis sinetron berperilaku seperti itu, jauh lebih banyak yang menempatkan etika di atas kreatifitas, cuma perilaku satu dua “oknum” bisa saja mencemarkan ribuan crew yang baik-baik.

16072016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline