Lihat ke Halaman Asli

Balya Nur

Yang penting masih bisa nulis

Enak Jadi Balyanur Saja

Diperbarui: 27 Februari 2016   13:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pernah berpikir jadi penyair seperti Chairil
Masuk buku sekolahan dibaca murid. Dibahas guru yang juga sama tak mengerti maknanya.
“Kalian tahu maksud puisi ini? “ Murid menggeleng.Guru membatin, kenapa harus ada puisi di dunia ini? Kenapa tidak cukup berbahasa yang baik dan benar saja?

Pernah berpikir jadi penyair seperti Tardji
Bikin mantra modern bisa jadi presiden seumur hidup. Walau presiden penyair yang penting bisa nampang di TIM bisa minum bir gratis pula

Pernah berpikir jadi penyair jadi cerpenis jadi esais jadi penulis apa saja bisa masuk koran dan majalah seperti endang supriadi yang pernah bertemu wajah sekali setelah berpuluh tahun di fesbuk ketemu lagi masih juga menulis puisi atau seperti teman fesbuk rois rinaldi bisa ke negeri tetangga menjajakan puisi tapi masih gelisah saja setiap hari

Pernah juga berpikir jadi sutradara ketemu ismail sofyan sani yang dulu pernah juga bercita cita jadi penyair tapi setelah melihat nasib sutardji dibuang jauh-jauh cita-citanya sekarang di fesbuk rajin menulis puisi lagi

Aku berpikir enak jadi balyanur saja. Menari bersama cucu di bawah sinar matahari pagi maghrib sampai isya mengajar anak anak mengaji di mushola itu adalah puisi yang terindah tanpa dibebani metafora diksi rima atau apalah seperti nasehat abah dimas arika mihardja.

27.2.2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline