Menpora mengaku sama sekali tidak menyangka keputusannya membekukan PSSI berujung terhentinya kompetisi. Sudah kepalang basah, daripada dibilang kurang kerjaan berbasah ria di terik matahari, sekalian nyebur. Maju pantang mundur. Maju ke presiden di tengah santernya isu reshuffle. Apalagi di televisi Pak JK dengan muka marah bilang, “ Tanya saja pada Menpora!” ketika sejumlah wartawan bertanya soal pembekuan PSSI. Isu yang beredar sebelum pembekuan, Pak JK menelepon Menpora agar jangan gegebah mengambil keputusan, tapi Menpora nampaknya nggak takut sama sang wapres.
Publik menunggu dengan rasa penasaran, apa reaksi presiden ketika memanggil Menpora ke Istana.Setelah bertemu Presiden, dengan senyum cerah Menpora dengan bangga bilang, “presiden menyetujui pembentukan tim transisi.”Nah, skor babak pertama Menpora 1, Pak Wapres 0. Dalam beberapa pernyataannya pak Wapres masih berharap Menpora duduk bareng dengan PSSI.
Sementara hampir waktu yang bersamaan, di tempat lain 18 club ISL dan operator liga sepakat bulat bertekad menolak kompetisi di bawah tim Transisi. Kompetisi di bawah PSSI adalah harga mati, tak bisa ditawar seperti pedagang kaki lima. Menpora juga tak kalah gertak, dia megancam akan membuat operator baru! Lantas club mana yang berkompetisi? Mengundang RealMadrid? Atau MU yang tengah terpuruk itu? Hanya dirinya dan Tuhan yang tahu.
Semangat seperti janji kampanye yang akan membawa sepak bola menjadi lebih baik lebih maju sepertiyang diniatkan oleh Menpora bukan tidak ada pendukungnya. Umumnya sih barisan sakit hati seperti, club atau perorangan yang sakit hati pada kelakuan pengurus PSSI yang sekarang. Juga Metro TV yang punya kepentinagn khusus, mugkin juga membela sesame KIH. Ada juag yang terbius oleh janji sepak bola lebih maju yang belum terujisecara konsep. Apa coba konsep Menpora membuat sepak bola lebih maju?
Berkali-klai molornya pengumuman tim transisi, mungkin saja karena memang nggak ada tokoh yang mau duduk di tim yang mungkin saja nantinya tak berfungsi. Syartanya juga terlalu berat. Tidak punya masalah di masa lalu dengan sepak bola. Siapa tokoh sepak bola yang tidak punya masalah di masa lalu? Saat dualisme sepak bola kita dulu, tentu baik langsung maupun tidak langsung para tokoh sepak bola kita punya kontribusi baik sediit maupun banyak.
Okelah. Menpora sudah terlanjur melibatkan presiden yang punya sabrek agenda besar terutama soal ekonomi, ditambah beban oleh Menpora untuk ikut campur ngurusin sepak bola. Presideng ngurusin pembentukan tim transisi urusan sepak bola? Ya itulah yang ingin ditonjolkan oleh Menpora.
Mari kita berandai andai. Seandainya Menpora berhasil melobi FIFA dan FIFA membatalkan ancaman suspend, yang artinya tim transisi bisa mengelola kompetisi, haqul yakin 18 club ISL yang sepakat bulat menolak di bawah tim transisi akan membatalkan kesepakatan itu, manut pada Menpora. Dan tentu saja bonus pujian akan berdatangan menghampiri Menpora. Presiden? Yaaa kebagian lah sedikit atau mungkin tidak sama sekali. Kalau itu yang terjadi skor babak ke2, Menpora 2-Wapres 0
Jika FIFA benar-benar mengetuk godam suspend yang artinya sepak bola kita tidak bisa ikut Sea games, kompetisi AFC, dan sebagainya tentu saja badai kecaman akan menghantam Menpora. Presiden? Akan kebagian badai kecamana sebagian. Bukankah Pak Presiden ikut menyetujui tim transisi? Bahkan dalam running text di televisi tertulis, presiden juga akan ikut menyeleksi tim transisi. Nah, kalau scenario itu yang terjadi, maka kehadiran Menpora di istana kemarin itu sama saja dengan menyembunyikan sebagian wajahnya di balik baju presiden setelah sadar dia terjepit maju kena mundur malu. Maka Skor babak ke 2 Menpora 1-Wapres 1. Kita tunggu saja akhir babak ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H