Lihat ke Halaman Asli

Balya Nur

Yang penting masih bisa nulis

Tempat Rekreasi Jakarta Tahun Tujuh Puluhan

Diperbarui: 24 Juni 2015   13:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang kakek usia 61 tahun terpilih dalam “lomba-lombaan bernyanyi “ di panggung “In Box,SCTV” pagi tadi. Salah seorang pemandu acara bertanya tempat favourit ketika pacaran dulu. Sang kakek menjawab jujur, “Taman Puring.” Para pemandu acara tertawa. Gading Martin kontan nyeletuk, “ Mau beli kaca spion?” Taman Puring, Majestik, Kebayoran Baru sekarang memang terkenal tempat barang loakan.

Tahun tujuh puluhan Taman Puring terkenal sebagai salah satu tempat rekreasi. Luasnya masih sama seperti sekarang. Jadi bisa kita bayangkan, seperti apa ramainya. Orang-orang datang ke situ cuma mau bermain ayun-ayunan,enjot-enjotan, semacam itulah. Dan tentu saja banyak para pedang dadakan. Pada hari tertentu ada semacam pasar malam.

Ketika itu saya masih tinggal di Cipulir, Kebayoran Lama. Boleh dibilang masih bertetangga dengan Taman Puring. Kalau ukurannya sekarang mungkin aneh kalau saya bilang masih bertetangga. Pada waktu itu, masyarakat dari wilayah Ciledug saja berjalan kaki ke Taman Puring. Saya masih ingat ada pemandangan khas pada hari lebaran. Banyak orang berjalan melawati rumah saya dari wilayah Ciledug menuju Taman Puring dengan baju warna warni yang khas, dan banyak yang menenteng sepatu karena lecet. Tapi wajah mereka menampakan kebahagiaan. Alat transportasi bukannya tidak ada. Ada Delman, Bemo, Robur ( bis dengan suara seperti bajay) tapi saat lebaran sulit mencari kendaraan umum yang sedikit penumpang.Selalu penuh. Maka jalan kaki adalah pilihan yang realistis.

Tempat rekreasi terkenal lain adalah Jembatan Semanggi, jalan layang pertama di Indonesia. Di pinggir jalan layang itu banyak pedagang, terutama kerak telor. Saya cukup bahagia berada di jalan itu melihat pemandangan kendaraan berlalu lalang di bawahnya. Beberapa kali saya diajak oleh ayah saya kje tempat itu, dan tidak pernah membosankan.

Begitu juga Gedung Sarinah,Tamrin. Gedung itu memang seperti Mall sekarang. Tapi saat itu lebih banyak orang datang bukan untuk berbelanja. Tempat favouritnya adalah puncak gedung Sarinah. Dari atas puncak gedung itu kita bisa melihat pemandangan kota Jakarta.

Tempat rekreasi yang paling terkenal tentu saja Monas.Sampai sekarang saya tidak mengerti, kenapa ayah saya cuma sekali saja mengajak saya rekreasi ke tempat itu, berbeda dengan Jembatan Semanggi dan Gedung Sarinah, setahun bisa sampailebih lima kali.

Tempat-tempat yang saya sebutkan itu adalah tempat yang tanpa bayar. Ada juga tempat yang berbayar seperti Taman Ria Remaja, yang kemudian berubah nama menjadi Taman Ria Senayan,dan sekarang sudah tidak ada lagi. Taman Ria Remaja memang lebih banyak dikunjungi oleh para remaja dan anak-anak. Setelah berubah menjadi Taman Ria Senayan, kelakuan para remaja dalam hal berpacaran menjadi khas tempat itu. Banyak orang dewasa, orang tua, yang memadu asmara secara vulgar di tempat itu pada malam hari. Mungkin “hilangnya” tempat itu sekarang dikarenakan “kutukan.” Entahlah.

21 Mei 2013

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline