Lihat ke Halaman Asli

Balya Nur

Yang penting masih bisa nulis

Pencopot Pentil Itu Dicopot

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap melihat pentil, saya kontan teringat wajah Udar Pristono, Kadishub DKI Jakarta. Entah sudah berapa banyak koleksi pentil di kantornya. Hukuman cabut pentil bagi kendaraan yang parkir sembarangan dikomandani oleh tokoh pentil ini. Wajahnya kerap muncul di telivisi saat anak buahnya mencopot pentil. Kali ini giliran bapak pentil DKI ini dicopot dari jabatannya oleh Jokowi. Ditambah bonus, dimaki oleh pendukung Jokowi di media sosial. Penyebabnya tentu saja kita semua mafhum, apalagi kalau bukan busway karatan.

Itulah bedanya Presiden dengan Gubernur. Jika anak buah presiden membuat kesalahan, presidennya yang dimaki-maki. Bahkan KPK yang lamban menyelesaikan kasus Century, presiden juga kena getahnya. Anak buah gubernur yang konon katanya bersalah ini kurang beruntung. Gubernur, Wagub, dan pendukungnya menudingnya sebagai satu-satunya pendosa dalam hal busway karatan.

Konon Jokowi merasa kena tipu oleh anak buahnya, siapa lagi yang dimaksud kalau bukan Pak Udar. Ahok yang ditugaskan mendatangkan busway juga merasa kena tipu. Padahal mungkin hampir setiap hari keduanya bertemu Pak Udar. Bagaimana nanti jiak jadi Presiden, bisa sering kena tipu kaleeeee.

Ahok berencana memanggil KPK buat ikut terjun ke dalam soal mesin karat ini. Kita lihat saja nanti jika Pak Udar diciduk KPK, bukan mustahil Pak Udar akan bernyanyi sumbang. Bisa jadi bukan anak buah Pak Udar atau rekanan kerjanya yang akan ikut memakai baju tahanan KPK. Bisa jadi juga atasannya. Jika pemanggilan KPK hanya sebatas wacana, tafsirkan sendiri sajalah.

Kemana selanjutnya Pak Udar berlabuh? Jabatan barunya sebenarnya cukup keren,Tim Gubernur Percepatan Pembangunan. Hmmmm...berkaca dari copot pentil lalu kena copot, jangan-jangan percepatan pembangunan bisa menjadi percepatan pensiun.

12 Pebr 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline