Aku dan lelalaki itu berlomba
bergegas melepas balutan kenangan
dari kota dengan segudang kisah
yang semakin redup di ujung-ujung jalan sempit
yang mencoba menutup bias dari lampu lampu kuning
di bawah juntai kabel yang berdesakan mesra.
Lelaki itu menungguku di warung kopi pinggir kebun pisang
dengan parau memanggilku
mendekat
merapat.
menawarkan gelas-gelas kaca yang panas