Lihat ke Halaman Asli

Kalbu Cinta Bagian 3 (4)

Diperbarui: 24 Juni 2015   08:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

usai sholat isya’ aku pergi mengaji, sesaat teringat betul terakhir aku bercurhat dengan ayah Azz, rindu ?? jelas, apa lagi hati ini.. rasanya sudah tak sanggup menyimpan segala gundah sendirian, dan rasanya hati inipun sudah rindu senandung manis shalawatnya dan segala motifasi-motifasinya, tentunya aku akan menceritakan rasa ini padanya, rasa yang jujur belum aku fahami, rasa yang telah mengoreskan kesedihan dan kebahagiaa, rasa yang Alloh sendiri anugrahkan, rasa cinta..

Sambil berjalankeluar, aku menjumpai Hanni yang melambaikan tanganya padaku, lalu berlari meghampiriku, dengan balutan kerudung orange yang menjuntai menutupi dadanya terlihat sesosok wanita sholeh yang cantik sekali, apa lagi kulihat ia memeluk kitab suci Al Qur’an, hanya sanjungan yang dapat kulontarkan pada mahluk ciptaanNYA ini.

Tak lama berjalan sampailah kami dirumah ayah Azz, setibanya disaana langsung kubuka Al Qur’an ku dan kubaca dengan penuh cinta dan kasih, hingga akhirnya rasa aneh tadi lenyap.

Pengajian dimulai, temanya ‘Menyadari, Menghargai dan Mensyukuri nikmatNYA’. Nikmatnya ?? jika rasa ini adalah nikmat apa iya aku harus mensyukurinya dan menerimanya dengan lapang dada, bahkan aku harus berhamdalah untuk rasa sesak ini.

Kembali kuteringat denganya, dari dalam rumah ini, mataku menerobos keluar melihat bintang-bintanng yang bertaburan. Kenapa setiap malam aku selalu ingin menatap bintang2 dilangit lalu menghitungnya, kenapa ?? ya ! karena aku takut jika jumlah bintang dimalam ini berbeda dengan bintang pada saat pertama aku mencintanya, pada malam pertama saat aku sadar bahwa aku jatuh cinta untuk pertama kalinya.

Karena hanya dengan menatap langit dan isinya, menatap ciptaanya ini aku mampu menyakinkan pada jiwaku bahwa aku benar-benar jatuh cinta, dan tak seharusnya sebuah jiwa mengkubur dalam rasa cinta ini, rasa cintaku pada Muhammad Zubair.

Tiba-tiba saja ayah Azz sudah mengahiri pengajian dengan hamdalah, dan ditutup dengan salam, namun.. tak ada rasa kecewa yang menggantung, fikiranku terus tertuju pada seseorang, oh ya ! kenapa rasa ini sungguh menggilkan, dan rasanya ketakutanku akan berujung pada kenyataan.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline