Penemuan pneumonia misterius di China menjadi fenomena baru yang terjadi di tahun 2023. Lonjakan kasus pneumonia yang sangat drastis menarik atensi dunia serta menimbulkan kecemasan dari berbagai pihak, tak terkecuali masyarakat Indonesia. Penemuan Pneumonia ini dimulai dari pemerintah China yang melaporkan terjadinya peningkatan kasus penyakit pernapasan pada kelompok usia anak pada pertengahan Oktober 2023. Hal ini terus berkembang menjadi temuan adanya cluster pneumonia yang tidak diketahui penyebabnya di RS anak China pada November 2023. Menurut WHO peningkatan kasus Undefined Pneumonia ini sudah mencapai angka 40% pada anak-anak di China Utara, bahkan RS anak di Beijing telah menerima hingga 9.378 pasien setiap harinya. Gejala yang timbul tergolong ringan, yaitu meliputi bersin-bersin, hidung tersumbat, sakit tenggorokan, mata berair, wheezing, dan jika batuk yang dialami terlalu sering menyebabkan muntah dan diare.
Tidak hanya di China, penyakit ini juga terdeteksi di Eropa dan Amerika Serikat. Di Ohio, AS, dilaporkan terdapat 145 kasus pneumonia pada anak dengan rentang usia 3–14 tahun sejak Agustus 2023. Sedangkan di Eropa, lonjakan kasus pneumonia terjadi di Belanda dan Denmark. Di Belanda, kasus pneumonia meningkat pada anak-anak berusia 5–14 tahun. Hingga akhir November 2023, kasus pneumonia di Belanda terus menunjukkan tren peningkatan, yaitu sebanyak 130 kasus per 100.000 anak. Selanjutnya di Denmark, kejadian pneumonia meningkat di seluruh penjuru negeri dengan 541 kasus dilaporkan pada akhir November 2023. Kasus tersebut setara tiga kali lipat dibandingkan pertengahan Oktober 2023. Selain di Eropa dan Amerika Serikat, kasus pneumonia ini juga mengancam Indonesia. Pada 5 Desember 2023 dilaporkan terdapat pasien terinfeksi Mycoplasma pneumonia di Indonesia. Dari seluruh kasus yang ditemukan, pasien merupakan anak dengan usia di bawah 10 tahun. Menyikapi adanya temuan kasus tersebut, pemerintah Indonesia mengeluarkan Surat Edaran Nomor: PM.03.01/C/4632/2023 tentang Kewaspadaan Terhadap Kejadian Mycoplasma pneumonia di Indonesia.
Menilik lebih lanjut temuan kejadian pneumonia, pneumonia merupakan suatu kondisi infeksi saluran pernapasan akut umum ditandai oleh peradangan pada alveoli dan cabang bronkial distal paru-paru. Gejala pneumonia yang paling umum adalah meliputi batuk dengan lendir atau dahak selama beberapa minggu, sesak nafas, sakit tenggorokan, lemas, demam, nyeri kepala, nyeri dada, dan kelelahan. Pneumonia dapat memengaruhi individu segala usia, namun lebih sering terjadi pada individu rentan yaitu balita dan lansia dengan kondisi kronis sebelumnya. Berdasarkan agen penyakitnya, penyakit “paru-paru basah” ini dapat disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumoniae (pneumokokus), virus influenza, Respiratory syncytial virus (RSV), dan Mycoplasma pneumoniae. Adapun saat ini, Pneumonia yang marak menjangkiti anak-anak di China Utara hingga Amerika Serikat adalah jenis Mycoplasma pneumoniae atau Pneumonia Atipikal.
Mycoplasma pneumoniae adalah bakteri yang berbentuk bulat dan tidak memiliki dinding sel yang kaku seperti bakteri pada umumnya. Oleh karena itu, mereka disebut juga sebagai bakteri atipikal. Mycoplasma pneumonia seringkali menyebar melalui tetesan dahak atau lendir yang dilepaskan saat seseorang batuk atau bersin dan kemudian bakteri memasuki nasofaring. Masa inkubasi bakteri ini selama 1 hingga 4 minggu bergantung pada masing-masing individu. Pada temuan kasus, balita yang menderita “pneumonia misterius” ini mengalami gejala yang berbeda dengan pneumonia pada umumnya berupa bersin-bersin, hidung tersumbat, wheezing, diare, dan mata berair. Balita lebih sering menderita penyakit ini dibandingkan kelompok umur lainnya karena memiliki saluran pernapasan yang pendek. Terkadang sulit mengidentifikasi gejala ini karena dianggap pilek biasa.
Faktanya, Pneumonia jenis ini bukanlah temuan penyakit baru yang amat sangat berbahaya. Akan tetapi, apabila individu yang rentan beresiko terutama anak-anak mengalami gejala di atas, maka harus segera dibawa ke rumah sakit atau klinik untuk penanganan dini serta observasi lebih lanjut. Pemberlakuan pengobatan antibiotik serta tes diagnostik untuk mendeteksi patogen dapat menjadi hal yang ideal dilakukan sehingga pasien tidak perlu “merasakan” rawat inap. Antibiotik dapat membantu pasien pulih lebih cepat dari infeksi. Namun, perlu diperhatikan bahwa beberapa m. pneumoniae ini resisten terhadap beberapa antibiotik.
Masyarakat diimbau untuk waspada terhadap penularan penyakit ini terlebih pada musim pancaroba yang memungkinkan menurunkan tingkat imunitas. Tidak sulit untuk menghindarkan diri agar tidak terjangkit bakteri ini. Berikut merupakan upaya untuk mencegah penularan Mycoplasma pneumonia:
Menjaga jarak dengan penderita bergejala
Mengonsumsi makanan dengan gizi yang seimbang
Melakukan imunisasi lengkap (pneumonia, flu, rotavirus)
Menjaga hygiene dan sanitasi rumah
Memakai masker ketika keluar rumah