Lihat ke Halaman Asli

Balqis Alivia

Mahasiswa

Problem Penyesuaian Kembali Pendidikan Anak Pasca Pandemi Covid-19

Diperbarui: 22 Desember 2022   23:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pasca pandemi Covid-19 Pendidikan Anak harus dilakukan secara intensif, baik dalam lingkup pembelajaran sekolah, maupun di rumah, sebabnya banyak sekali pembelajaran yang terlewat maupun tak tersampaikan, etika pembelajaran dikelas pun tak dirasakan, terlebih oleh anak yang baru saja menempuh Pendidikan. Tidak hanya tu, pengerjaan tugas, sosialisasi, dan juga pemahaman materi, karena pada saat masa pademi berlangsung orang tua lah yang menjadi satu-satunya aspek pnting dalam memantau pola pendidikan anak (Jevtic dkk.,2021).

Menanggapi hal tersebut sudah seharusnya pendidikan anak dirubah struturnya,merubah struktur pola pendidikan anak pasca pademi baiknya dilakukan secara pendekatan dan praktik, dengan harus terus berkomunikasi dengan ahli psikolog anak. Tidak seharusnya pendidikan anak dilakukan sama seperti pada saat sebelum pandemi.

Pengenalan pendidikan anak yang harus dilakukan adalah peninjauan karakter setiap anak dan dilakukan pada saat berlangsung proses belajar mengajar dan tidak hanya itu, lakukan pula peninjauan target belajar, peninjauan ini dilakukan untuk secara rasioal bisa selaras dengan situasi dan kondisi baru pasca pandemi. Menurut Jevtic (2021:52). Dengan dilakukan pembelajaran secara normal maka target pembelajarab pun harus berbeda dari taget pembelajaran pada saat masa pandemic, namun, target tersebut harus pula disesuaikan dengan keadaan new normal yang diberlakukan sejak adanya pandemi. Selanjutnya ada pula indentifikasi sumber daya, baik sumber daya manusia, dan sumber daya lainnya harus diperhatikan agar dapa meng-upgrade kemampuan anak pada generasi pasca pandemi. Melakukan blend learning pada pembelajaran anak pasca pandemic dapat dipertimbangkan karena, seperti namanya blend learning ialah proses belajar mengajar yang melibatkan berbagai model pengajaran, cara pengajaran, dan memperkenalkan berbagai media dialog sebagai fasilitator.

Hampir dua tahun anak anak lebih sering menggunakan social media dalam kehidupannya sehari hari, hal tersebut bisa berdampak positif maupun negatif, terlebih pada psikologi anak, oleh karena itu, tenaga pendidik perlu untuk menyesuaikan perubahan tersebut juga, jika memang media social dapat mendukung kreativitas anak dalam pembelajaran, maka tenaga pendidik hendaknya mengkonsep hal tersebut sebaik-baiknya, dan sebaliknya, jangan terlalu terpaku untuk melibatkan media elektronik dalam proses pembelajaran, karena hal tersebut cukup berbahaya dalam lingkup anak-anak.

Pengajaran terbatas sebenarnya bisa dilakukan apabila semua pemangku kepentingan saling bersinergi. Panduan Pengajaran di era new normal terbatas sudah disusun oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi dengan menggunakan konsep-konsep pembelajaran dengan sebagai berikut:

1. Kebutuhan peserta didik 

Mengacu pada kebutuhan peserta didik berarti pembelajaran diharapkan memenuhi kebutuhan psikososial maupun kebutuhan penguasaan kompetensi peserta didik.

2. Protokol kesehatan

Mengacu pada protokol kesehatan berarti semua praktik pembelajaran harus mengacu pada protokol kesehatan yang ditetapkan oleh pemerintah.

3. Kurikulum kondisi khusus

Mengacu pada kurikulum kondisi khusus berarti satuan pendidikan memilih satu dari tiga pilihan kurikulum yaitu: Kurikulum 2013, Kurikulum Kondisi Khusus dan Kurikulum Mandiri, sesuai kondisi dan kemampuan satuan pendidikan. Apapun pilihannya, prioritas seluruh satuan pendidikan bukan untuk menuntaskan kurikulum tapi memastikan setiap peserta didik mengalami pembelajaran.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline