Ketika akan berkunjung ke Goa Hawang kami melewati tulisan Desa Wisata Letvuan. Kuat keinginan berfoto di depan tulisan itu. Setelah merasakan kesejukan air Goa Hawang kami melanjutkan perjalanan, kemudian saya meminta mobil yang dikendarai Pak Andy berhenti sejenak karena saya ingin berfoto di depannya. Seperti firasat, ternyata tak sampai seminggu Anugerah Desa Wisata Indonesia 2024 mengumumkan bahwa Desa Letvuan masuk dalam 100 besar Terbaik Desa Wisata Indonesia 2024 dari Kepulauan Maluku. Hanya 3 desa yang masuk dalam 100 Terbaik Desa Wisata Indonesia 2024 yang masuk dari Provinsi Maluku, yakni Desa Wisata Letvuan Maluku Tenggara, Desa Wisata Taar di Kota Tual, Desa Wisata Negeri Laha di Kota Ambon. Terima kasih, Allah, telah Engkau izinkan hamba menjejakkan kaki di 3 wilayah administratif tersebut di bulan Mei 2024.
Hari ini, 4 Agustus 2024, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia , Sandiaga Uno berkunjung ke Desa Letvuan Paradise Kecamatan Hoat Sorbay, Kei Kecil Maluku Tenggara .
Di akhir tahun 2023 pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Maluku Tenggara memang akan mengembangkan potensi pariwisata yang berbasis alam, kebudayaan, kerajinan, hingga wisata buatan di Letvuan.
Goa Hawang, Primadona Letvuan
Goa Hawang memang merupakan satu daya tarik alam Ohoi Letvuan yang mistis dan eksotis. Semula saya tidak terlalu tertarik menjadi goa ini sebagai tempat kunjungan saya ke Kepulauan Kei di bulan Mei 2024 dikarenakan saya belum mempersiapkan pakaian renang. Haruskah saya hanya celingak celinguk di goa hantu yang terkenal ini?
Namun karena cuaca lagi tidak kompak dengan keinginan kami menyebrang pulau lain di Kepulauan Kei melalui transportasi laut, akhirnya saya diantar Pak Andy, Pak Oscar dan Ibu Medy menuju ke destinasi wisata Goa Hawang. Seperti tercantum di atas, Goa Hawang sudah terkenal sebelumnya, oleh karenanya goa ini menjadi primadona Desa Letvuan yang sebenarnya kaya juga akan wisata sejarah, kebudayaan, adat istiadat serta ecotourism.
Hari menjelang sore saat kami memasuki area Goa Hawang. Mobil di parkir di area parkiran yang tampak sepi. Untuk membayar parkir-pun kami mencari-cari orang yang menjaga. Setelah membayar parkir, kami berjalan di jalan setapak menuju sang primadona. Dari namanya terkesan seram ya, apalagi cuaca saat itu agak gloomy menjelang sore. Kanan kiri jalan pepohonan dan semakin belukar, jalanpun licin. Bahaya dan harus berhari-hati? Tidak bagi saya, justru karena itu saya bisa lebih menikmati suasana area wisata mendunia ini.
Saat jalan setapak berakhir terdapat tangga yang berujung di goa yang dasarnya air yang super jernih, berwarna perpaduan toska dan aquamarine, berkilau. Terkesan penuh misteri, namun memesona. Terdapat batu yang menyerupai sosok manusia. Ternyata ada kisah dari batu tersebut.
Ceritanya batu stalagmit yang menyerupai manusia itu adalah jelmaan kakek pemburu dengan tombaknya. Sedangkan 2 batu yang kecil dibawahnya adalah 2 ekor anjing. Mereka berburu babi hutan yang lari masuk ke gua tersebut. Karena merasa haus pemburu bersama 2 anjingnya minum air di gua tersebut. Karena air pahit maka anjing itu marah dan mengeluarkan kata-kata kasar dan kotor. Mendengar kata-kata tidak sopan itu, makhluk halus penghuni goa tersebut marah dan mengutuk pemburu dan 2 anjingnya menjadi batu. Demikian kisah batu yang kita lihat di Goa Hawang.
Walaupun kisah tersebut di masa sekarang banyak yang menganggap sebagai mitos, namun hingga kini ada aturan bagi pengunjung, yakni pengunjung tidak diperkenankan mengeluarkan kata-kata kasar dan kotor (harus sopan!), tidak boleh buang air (apalagi besar) di kolam dan wanita haid juga tidak diperbolehkan masuk ke Goa Hawang.