Lihat ke Halaman Asli

Anna R.Nawaning S

Writer , Sociopreneur , Traveler and Education Enthusiast

Chill and Heal di Kepulauan Karimunjawa

Diperbarui: 28 April 2023   23:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. Pribadi 

Bangga Berwisata di Indonesia
Setelah saya posting tentang penerbangan dan hotel berbintang di Karimunjawa , kali ini saya menuliskan tentang chill and heal berkunjung ke berbagai tempat di Kepulauan Karimunjawa. Karimunjawa sebenarnya memiliki 27 gugusan pulau kecil. Jarak antara 1 pulau dengan pulau lainnya beragam. Ada yang memerlukan waktu tempuh hampir 2 jam dengan menggunakan boat beresin.

Dok. Pribadi 


Pulau Geleyang  
Setelah sarapan pagi di resto hotel ,keponakan saya menuju ke front office hotel untuk mendapatkan informasi penyewaan perahu yang akan kami booking secara privat. Dengan biaya Rp 700.000 kami menyewa boat (perahu bermesin) seharian yang hanya ditumpangi oleh kami berlima (plus juru kemudi kapal tentunya).

Juru kemudi kapal adalah pria paruh baya yang awalnya mengaku berasal dari Bugis namun setelah ngobrol agak panjang dengan saya ternyata berasal dari Bau Bau Sulawesi Tenggara menikah dengan wanita asli Karimunjawa dan kini telah dikaruniai 3 anak yang telah lulus SMK di Karimunjawa.

Dari hotel kami dijemput oleh mobil sewaan menuju pelabuhan. Mampir sejenak di satu toko klontong sekaligus menyewa safety jacket dengan tarif Rp 25rb/jacket.

Tujuan pertama kami adalah Pulau Geleyang. Jarak tempuh antara pulau besar Karimun Jawa dan Geleyang sekitar 40 menit.
Karena air laut sedang relatif surut, maka kapal kami tidak dapat menepi tepat di bibir pantai. Kalau nekad bisa kepentok karang euy! Oleh karenanya kami turun ke daratan harus menempuh jalan kaki dengan ketinggian air setinggi paha. Hhhmmm...sekarang Jakarta sudah aman dari banjir deh, jadi selama 3 tahun saya sudah tidak terpaksa harus berjalan di air setinggi itu...hahaha... Tetapi kali ini saya sedang kedatangan tamu bulanan. Ketika saya coba menapak keluar kapal, ternyata air hampir menyentuh pinggul saya. Saya-pun membatalkan menapakkan kaki ke Pulang Geleyang. Khawatir darah membasahi sekujur pakaian yang saya kenakan. Lain halnya jika saya memang mempersiapkan diri untuk berenang atau olah raga ya.

Akhirnya saya menanti keluarga di kapal berdua dengan Bapak pengemudi perahu. Ngobrol hampir 1 jam! Ya secara gitu saya tidak membawa buku bacaan dan sinyal internet  lenyap sekejap disekitar pulau tersebut. Tetapi hikmahnya, saya banyak mendapatkan cerita tentang penduduk Karimunjawa darinya. Alhamdulillah, Bapak ini selain mengemudikan perahu juga bekerja sebagai Nelayan. Tak ada keluhan tercetus dari ucapannya walau ia ceritakan suasana akhir-akhir ini sering ekstrim sehingga nelayan tidak mendapatkan banyak hasil di laut. Hanya sayangnya....si bapak kenapa merokok sih? Ayo yang sehat dong, Pak. Lebih baik anggaran rokoknya buat hal-hal yang lebih sehat :)

Pulau Menjangan Kecil
Nama pulau ini sudah familiar buat saya. Kabar tentang berenang bersama gerombolan hiu sudah sering saya dengar dan baca. Akhirnya sampai juga kami di pulau ini. Kapal kami bersandar di dermaga Pulau Menjangan Kecil. Di pintu dermaga sudah tampak pinggiran laut yang dibendung untuk beberapa kolam hiu dan bintang laut. Masing-masing pengunjung dikenakan tiket masing sebesar Rp 25.000/orang.

Kakak dan keponakan saya langsung turun ke kolam hiu. Sedangkan saya tidak diizinkan masuk ke kolam hiu tersebut, walaupun hanya berpose nyemplungin kaki. Yaaa itu dikarenakan sedang mendapat tamu bulanan! Hiu sangat sensitif dengan bau darah, sekalipun sudah dinyatakan jinak.
Kakak saya berfoto di dalam kolam hiu yang kemudian dikomentari oleh anaknya yang memotret,"Ekspresinya kok depresi gini sih?" Hahahaha...Niat hati pamer keberanian berfoto bersama gerombolan hiu, namun yang didapat justru ekspresi depresi. Mereka berfoto keluarga...eh salah satu cewek penjaga sempat nyeletuk,"Pawangnya masih shalat Jumat." Haaaa??? Jadi keluarga inti kakak saya nyebur dan berfoto bersama hiu tanpa dikawal dengan pawang hiu-nya? Waduh...Alhamdulillah pada selamat semua.

Saya yang belum bisa bergaya bersama para hiu akhirnya diberi kesempatan untuk berfoto bersama bintang laut di dalam kolam habitatnya. Tetapi lagi-lagi airnya nyaris setinggi pinggul saya, dan saya-pun tidak jadi menceburkan diri bersama bintang laut tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline