Lihat ke Halaman Asli

Pendidikan, E-learning dan Berbagi Pengalaman Mengikuti Studi Online di MIT

Diperbarui: 28 Maret 2016   16:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Pendidikan, e-learning dan sharing pengalaman mengikuti studi online di MIT

Oleh Wawan Setiawan
email: wawan@baliooo.com
Sabtu, 26 Maret 2016

Penulis adalah pengisi tetap kolom info teknologi di portal Tribrata milik polda jateng dan juga narasumber tetap acara Teknovasi (teknologi dan inovasi) SBOTV Surabaya.

Website kompasiana : http://www.kompasiana.com/baliooo
Blog : http://baliooo.wordpress.com

---
Dunia pendidikan memang dunia yang paling fundamental kalau kita ingin maju. Negara negara maju di dunia, pastinya juga disertai kemajuan sistem pendidikannya. Tidak mungkin ada negara maju tanpa disertai pendidikan berkuallitas. Untungnya saat ini ada lembaga yang meranking sistem pendidikan di banyak negara, lembaga tersebut dikenal dengan nama "Programme for International Student Assessment" atau biasa disebut dengan PISA. Pisa meneliti kemampuan umum seperti kemampuan kognisi, membaca, mathematika, dan sains. Sayangnya, kualitas pendidikan di Indonesia sangat buruk, karena diranking oleh PISA nomor dua dari bawah setelah Peru dalam hal math dan sains.

Dunia pendidikan saat ini di Indonesia juga tergolong eksklusive dan terkotak kotak, dulu penulis menjalani sekolah di negeri, dan campur aduk dengan murid lain yang berbeda ras, suku, maupun agama, namun zaman sekarang banyak keponakan penulis disekolahkan orang tuanya di sekolah homogen, yaitu sekolah islam.

Zaman sekarang memang banyak orang tua yang menyekolahkan anaknya di sekolah eksklusif, yang beragama islam menyekolahkan anaknya ke sekolah islam, yang kristen banyak yang menyekolahkan anaknya di sekolah kristen.

Buruknya kualitas pendidikan di Indonesia memang semestinya menjadi lampu merah dan sudah semestinya menjadi perhatian penting pemerintah. Namun pendidikan sebenarnya tidak hanya masalah sekolah formal saja. Pendidikan bisa kita dapatkan darimana saja, terutama Internet.

Penulis mengenal Internet dan bekerja di perusahaan penyedia akses Internet, Meganet milik Jawa Pos tahun 1995. Dengan bekerja di perusahaan Internet, maka penulis diuntungkan kecepatan Internet yang jauh lebih cepat, karena masa itu Internet hanya menggunakan dial-up modem yang paling canggih 56k dan umumnya 28.8k

Penulis memanfaatkan fasilitas kantor, terutama untuk mengakses informasi semacam NASA dan juga ikut aktif membaca dan menulis di milis apakabar atau Indonesia-L yang dibuat oleh seorang Doktor dari Harvard John Mc Dougall.

Saat ini, kecepatan internet sudah berlipat kali dibanding 20 tahun yang lalu. Anda bisa menggunakan internet untuk hiburan, pekerjaan, pendidikan atau hal lainnya.
Namun penulis memanfaatkan internet untuk kepentingan yang mirip dengan 20 tahun yang lalu, yaitu e-learning. Penulis sempat mengikuti online studi di MIT Amerika, dan mengambil bidang Computer Science dan AI selama sekitar 3 tahun. Modal utamanya adalah internet cepat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline