Lihat ke Halaman Asli

Terbangun Gara-gara Loom

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Terbangun gara-gara loom

Loom, begitulah masyarakat bali menamai mainan tradisional yang terbuat dari bambu berukuran 1,5 meter, menggunakan bahan bakar minyak gas, dan berisi lubang kecil di bagian samping dari bambu tersebut. Biasanya mainan ini di gunakan untuk memeriahkan hari-hari yang di anggap memiliki arti tersendiri, misalnya pada perayaan tahun baru, menyambut peringatan nyepi, dll. Dan suara yang di hasilkan oleh mainan loom ini sangat hentak dan begitu keras. Begitulah cara kerja yang dihasilkan mainan ini untuk memeriahkan hari-hari yang di anggap spesial oleh masyarakat bali.

Saya terbangun dari tidur, bukan waktunya untuk terbangun tetapi saya terkejut dengan suara mainan loom yang begitu keras di depan rumah saya. Setelah saya bagun dan membuka jendela kamar, saya terkejut dengan hal yang semestinya tidak ada dalam benak saya. Seorang bocah yang baru berusia 8 tahun dengan postur tubuh yang masih imut-imut dan secara psikologis bahwa anak yang berusia seperti itu sedang mengalami perkembangan intelektual. Dalam perkembangan psikologis yang di alami oleh anak-anak pada usia ini sangatlah memerlukan perhatian serta ksih sayang dari orang tua dengan upaya peningkatan intelektual mereka. Di sisi lain perkembangan fisik mereka pun semakin meningkat, perkembangan motorik kasar pun berkembang pesat pada usia ini.

Dengan perkembangan motorik kasar yang terjadi di dalam tubuh anak seusia 8 tahun tersebut, mereka akan berusaha semaksimal mungkin untuk memenuhi kebutuhan fisik mereka. Mereka akan mengeksplorasikan keinginan mereka sepenuhnya pada lingkungannya. Bermain pada teman sebaya ialah salah satu cara yang paling mudah mereka lakukan.

Melihat kondisi anak-anak yang masih berumuran seperti itu sudah bisa memainkan loom, padahal mainan tersebut biasanya di mainkan oleh anak-anak yang berusia dewasa. Apa yang terlintas di mindset orang tuanya sehingga membiarkan anaknya memainkan mainan yang cukup berbahaya dan tidak sewajarnya anak yang berusia seperti itu mengendalikan mainan tersebut.

Orang tua berpotensi penuh dalam perkembangan kepribadian anak mereka dalam mencetak generasi yang berbudi luhur. Bukan menyalahkan orang tua, tetapi pendidikan dalam perkembangan kepribadian anak di awali dengan kasih sayang dan pengendalian diri dari orang tua. Ketika anak berprilaku tidak selayaknya atau tidak sewajarnya yang sesuai dengan kondisi anak-anak pada umumnya, orang tua harus membimbing kearah positif, dengan upaya mencegah prilaku yang tidak diinginkan yang dapat menimbulkan persepsi negativ dari lingkungan yang berada disekitarnya.

Memang berat, tetapi inilah yang menjadi kewajiban dari orang tua untuk membimbing, memberi kasih sayang, memperhatikannya, memberi kebutuhan fisik dan kebutuhan psikologis serta menanamkan kebahagian di dalam hati mereka. Inilah yang menjadi komponen mendasar dalam mencetak kepribadian seorang anak yang di inginkan oleh orang tuanya terutama yang di inginkan Agama, maupun Negara. Wallahu a’lam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline