"Every child deserves one doll. Every doll deserves one child."
Penggalan kalimat di atas bisa jadi premis UglyDolls secara keseluruhan. Karena setiap anak butuh satu mainan untuk disayang, setiap boneka juga butuh disayang oleh setidaknya satu anak saja.
Sayangnya, para ugly dolls (boneka jelek) seperti kaum yang terbuang. Mereka adalah produk gagal dari pabrik boneka, tak pernah didistribusikan untuk dijual, dan selalu berada di tempat pembuangan.
Namun, tempat pembuangan yang digambarkan di sini tidak seburuk yang dibayangkan. Rumah mereka yang disebut Uglyville memang jelek dan berantakan seperti tampang mereka, tapi mereka hidup rukun, ceria, dan tak pernah mengeluh.
Moxy (Kelly Clarkson), bermimpi menjadi boneka kesayangan seorang anak. Keinginannya keluar dari Uglyville ke dunia manusia sangatlah besar. Moxy mengajak beberapa temannya ikut serta, beberapa ada yang menentang, tapi ada juga yang bersemangat seperti Moxy.
Mereka menemukan lubang pipa yang tembus menuju Institute of Perfection, tempat para boneka sempurna berlatih menjadi boneka yang baik sebelum dijual ke anak-anak.
Di sana ada Lou (Nick Jonas) yang sangat dipuja-puja karena fisiknya yang sempurna. Lou mengusir Moxy dan kawan-kawan dari institut itu, tapi Moxy pantang menyerah. Moxy ingin membuktikan bahwa boneka jelek seperti dirinya juga pantas mendapat kasih sayang dari anak manusia.
Film ini mengingatkan saya dengan animasi Trolls (2016). Grafis animasinya hampir mirip, seperti menonton puppet dengan gerakan luwes. Filmnya pun dibuka dengan lagu ceria untuk memperkenalkan kepada penonton siapa tokoh utamanya, di mana tinggalnya, dan bagaimana kehidupan sosialnya.
Bukan hanya itu, banyak juga lagu lainnya yang mewakili perasaan para karakter di adegan-adegan tertentu, pastinya dengan lirik yang indah dan melodi yang merdu. Apalagi, sebagian besar pemain film ini adalah penyanyi yang kualitas suaranya tak perlu diragukan lagi.
Dari segi cerita, kisah kaum yang berbeda dan dianggap tidak normal sudah bukan hal langka lagi. Kita bisa melihat premis sejenis dalam The Greatest Showman (2017) dan seri X-Men.