Apa itu Filsafat (1)
Definisi adalah masalah filosofis yang paling pelik. Hampir tidak mungkin untuk mendefinisikan konsep multidimensi secara tepat. Sadar akan kesulitan ini namun sekaligus menyadari kelemahan inheren manusia untuk mencoba dengan sia-sia menyelidiki terus-menerus segala sesuatu yang ada (atau berpotensi ada), marilah kita menyerah pada godaan untuk menangkap makna filsafat. Definisi Filsafat itu sendiri merupakan pertanyaan filosofis. Masing-masing filosof, sesuai dengan muatan konseptual yang mereka lampirkan pada filsafat, menciptakan aliran filsafat yang sesuai.
Secara umum dapat dirumuskan pemikiran filosofis adalah penyelidikan intelektual atas pertanyaan-pertanyaan mendalam tentang hubungan manusia dengan dunia dan tempatnya di dalamnya. Tentu saja filsafat tidak puas dengan analisis realitas dunia empiris, tetapi merumuskan usulan untuk mengubahnya. Seorang filsuf tidak puas dengan mengartikulasikan bagaimana segala sesuatunya terjadi, tetapi mengemukakan proposisi konkrit tentang bagaimana hal itu mungkin terjadi.
Bertrand Russell dengan tepat menyatakan filsafat adalah sumber pengetahuan yang masih belum siap untuk negosiasi ilmiah khusus. Oleh karena itu, sebagaimana telah dibuktikan secara historis, filsafat adalah ilmu pengetahuan, batang ilmu interdisipliner, hasrat manusia yang tak terpadamkan untuk mencari. Harus diingat ilmu-ilmu positif modern (Matematika, Fisika, Kimia, Kedokteran, Astronomi, dll.) tetapi ilmu-ilmu teoretis (Psikologi, Sosiologi, dll.) muncul dari refleksi filosofis.
Filsafat terbagi menjadi beberapa cabang. Bidang Filsafat yang menyelidiki apakah manusia harus bertindak dengan cara tertentu atau mengadopsi beberapa aturan umum yang menentukan tindakannya disebut Etika. Bidang yang membahas secara luas persepsi tentang kebaikan, keindahan, dan kebalikannya disebut Estetika. Disiplin yang menyelidiki batasan, asal usul dan kualitas pengetahuan manusia disebut Epistemologi. Bidang yang berhubungan dengan akhirat, yang tidak diungkapkan oleh pengalaman kepada kita, disebut Metafisika (jangan bingung dengan istilah disiplin non-ilmiah yang berhubungan dengan fenomena supernatural atau paranormal). Seringkali Metafisika dan Ontologi secara konseptual identik. Istilah Ontologi mempunyai isi yang sama dengan Metafisika, dengan fokus pada Wujud (segala sesuatu yang ada) dan sifat-sifatnya. Semua disiplin ilmu di atas dibagi menjadi beberapa sub-bagian, sehingga mencakup wilayah tematik yang sangat luas yang tersebar di seluruh lingkup dunia ilmiah modern, baik itu ilmu-ilmu Positif, Teoritis, atau Teknologi.
Terlepas dari luasnya konsep Filsafat, kita harus tahu Filsafat adalah ibu dari ilmu pengetahuan . Ilmu-ilmu khusus bermunculan darinya dan masih bermunculan darinya. Hippocrates bukanlah seorang dokter, dia adalah seorang filsuf. Namun, dia adalah bapak Kedokteran. Hal yang sama terjadi pada Democritus dalam bidang Fisika, Pythagoras dalam bidang Musik dan Aljabar, kaum Sofis dalam bidang Hukum, dan masih banyak lagi yang lainnya. Bahkan hingga beberapa dekade yang lalu, disiplin ilmu seperti Psikologi dan Kecerdasan Buatan dipisahkan dari Filsafat dan dalam kasus pertama kita memiliki disiplin ilmu yang otonom dan yang kedua adalah spesialisasi baru Ilmu Komputer.
Jadi, sebagai ibu ilmu, ia tidak sembarangan. Sebaliknya, ia memiliki aturan dan tahapan. Oleh karena itu, metode refleksi agar dapat disebut filosofis harus memenuhi kriteria dan tahapan ilmiah tertentu. Tahapan tersebut adalah Pengamatan, Hipotesis, Eksperimen, Pembuktian dan Pengulangan. Refleksi filosofis harus mencakup proses pembuktian ilmiah. Kata tersebut secara etimologis bersifat majemuk dan berasal dari bahasa Yunani kuno filein dan kata majemuk kedua, kata sophia.
Sejarah manusia diidentikkan dengan kesan abadi dari manifestasi kehidupannya. Sejarah peradaban dapat terdiri dari berbagai jejak seperti tradisi lisan, bentuk seni awal, legenda dan kepercayaan, berbagai unsur cerita rakyat dan sebagainya. Namun filsafat mendasarkan keberadaannya pada faktor penentu kata-kata tertulis. Teori tentang keberadaan ilmu pengetahuan dan refleksi filosofis dalam budaya selain Yunani pada periode sebelum abad ke-6 SM. itu hanya dugaan saja.
Lahirnya filsafat bertepatan dengan lahirnya ilmu pengetahuan. Filsafat dimulai pada abad ke-6 dan ke-5 SM. abad di Ionia Asia Kecil. Di sana, Thales dari Miletus melepaskan diri dari zaman para dewa dan pahlawan generasi sebelumnya dan merefleksikan unsur-unsur alam itu sendiri. Tidak ada yang supernatural, tidak ada yang mewah. Thales, yang mencoba menafsirkan secara rasional permulaan dunia, berpendapat segala sesuatu berasal dari air, karena unsur ini mendominasi alam. Bumi pun bertumpu pada air, ibarat kapal yang terapung di laut. Ini adalah upaya pertama di dunia dalam interpretasi ilmiah tentang permulaan dunia.
Thales memulai mata rantai ilmu pengetahuan. Upaya ilmiah dan filosofis yang besar untuk menafsirkan dunia dan manusia pun menyusul. Sastra Yunani kuno memberi kita sumber refleksi filosofis dan ilmiah yang tak terhitung banyaknya. Sumber-sumber ini, dari Thales dan para filsuf pra-Socrates hingga Socrates dan dari Socrates hingga Epicurus, dianggap sebagai panji-panji ilmiah di seluruh dunia. Para filsuf pra-Socrates mendirikan ontologi dan kosmologi. Socrates meletakkan dasar-dasar dialektika dan epistemologi, Aristotle meletakkan dasar-dasar etika dan refleksi rasional yang sistematis.