Sayangku, sekarang waktunya telah tiba,
waktu kita bersama akan segera berakhir.
Air mataku mengalir, rasa sakitku luar biasa
matamu berkata: tolong lepaskan aku sekarang!
Dewi Lanjar berbaring tenang di pelukanku,
merasa terlindungi, aman, terlindungi dan hangat.
Mata kami kini bertemu untuk terakhir kalinya,
kami berdua tahu tidak ada jalan untuk kembali.
Sayangku, tidak, kamu tidak seharusnya menderita,
Aku akan diselamatkan, itu adalah tugasmu.
Matamu kini tertutup selamanya,
kau telah menemukannya, istirahat abadi.
Kamu tidak sendirian di negeri asing,
kita terhubung oleh tangan Gaib:
Percayalah, kamu bisa yakin,
kamu akan terus hidup di dalam diriku,
sinar matahariku!
Dan kini Dewi Lanjar bisa melukis bunga...
pernahkah kamu melihatnya?
Saat mereka berjalan di tanah kering dengan kaki basah.
Lumut hati, bisu, semua yang dilukis Dewi Lanjar
saat dia berlari dengan cakarnya yang basah
di tanah yang kering.
Dan cakar yang basah, apa, kamu tidak tahu?
Lukislah bunga kantil dengan hati-hati di tanah kering.
Ya, hanya perlu memiliki mata batin
untuk melihat semuanya
dan hati yang hangat agar dapat memahaminya.
Siapa pun yang bergaul dengan bunga kantil
akan mendapatkan lebih banyak manfaat
dalam kehidupannya dunianya...
( Karma )
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H