Suatu malam Jumat Legi, Dewi Lanjar berdiri di tengah
pantai utara Jawa dan mengumumkan dia memiliki hati
yang paling indah di seluruh lembah. Banyak
orang berkumpul di sekelilingnya, dan
semua orang mengagumi hatinya,
karena hatinya tampak sempurna. Tidak ada goresan atau
penyok sedikit pun. Ya, semua orang sepakat inilah
hati terindah yang pernah mereka lihat.
Dewi Lanjar sangat bangga
dan semakin membual tentang kecantikan hatinya.
Tiba-tiba seorang lelaki tua keluar dari kerumunan dan berkata:
"Ya ampun, hatimu tidak seindah milikku."
Kerumunan dan Dewi Lanjar memandangi hati lelaki tua itu.
Pukulannya keras, tapi ada bekas luka. Potongannya sudah
dipecah dan ada yang dimasukkan, tapi tidak pas
sehingga ada beberapa bagian yang kasar.
Faktanya, ada beberapa
lubang dalam yang seluruh bagiannya hilang.
Orang-orang menatapnya bagaimana
dia bisa berkata, apakah menurut mereka hatinya lebih indah?
Dewi Lanjar itu memandangi hati lelaki tua itu, melihat kondisinya
dan tertawa. "Kau pasti bercanda," katanya.
"Bandingkan hatimu
dengan hatiku: hatiku sempurna dan hatimu penuh bekas luka
dan lubang!"
Ya," kata lelaki tua itu, "hatimu terlihat sempurna,
tapi aku tidak akan pernah bertukar tempat denganmu. Kamu tahu, setiap
bekas luka mewakili seseorang yang kepadanya aku memberikan cintaku.
Aku mengambil sepotong hatiku dan memberikannya kepada dia, dan
seringkali sebagai imbalannya dia memberiku sepotong hatinya sendiri
untuk mengisi ruang kosong di hatiku.
Tetapi karena potongan-potongan itu tidak persis sama.
Dan aku punya beberapa tonjolan yang aku hargai
karena itu menarik bagiku " ingat cinta yang kita bagi".
"Apakah kamu sekarang melihat apa isi keindahan hatiku?"
Dewi Lanjar berdiri diam, air mata mengalir di pipinya.
Dia berjalan ke arah lelaki tua itu, lalu meraih
hati mudanya yang sangat cantik dan merobek sepotong.
Dengan tangan gemetar ia menawarkannya kepada lelaki tua itu.
Orang tua itu menerimanya dan menaruhnya di dalam hatinya,
lalu dia mengambil
sepotong hati lamanya yang penuh bekas luka dan
menaruhnya di luka di hati pemuda itu.
Adep ansor, tapi tidak persis sama,
jadi masih ada bagian yang kasar.
Dewi Lanjar itu memandang hatinya
yang tak lagi sempurna, namun lebih indah dari sebelumnya
telah mengalir cinta ke dalamnya dari hati lelaki tua itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H