Air lembut mengalir bagai mayat
Mencabut padang rumput, dinding batu hitam
Tak lagi bernyanyi, ia menggerutu
Langit tak ada hubungannya dengan itu.
Kotoran mutiara dari ikan yang membusuk
Bau kematian menusuk sampai ke sumsum
Ketika direnungkan, Anda merasakannya tanpa alam
Itu toilet umum! dan bukan lagi bintang.
Demi uang, air sungai-sungai mati
Tak ada lagi laut, tak ada lagi danau
tempat para pendosa bisa bergoyang dengan tenang.
Ada yang lebih dari sekedar sampah yang dibuang orang dalam jumlah besar!
Dan air mata menangis seperti orang malang
Di tubuh membusuk yang tidak kita kenal lagi ini
Aku menangis seperti anak kecil sendirian di depan penonton
Yang tertawa melihatku sedih dan menganggap mereka cantik.
Tidak ada lagi air laut, tidak ada lagi danau
Ada lebih banyak hal untuk direnungkan
Ada lebih dari sekedar manusia dan seringai mereka
Tidak ada lagi penyair yang bisa diimpikan
Keheningan!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H