Apa Itu Bacot
Kata Bacot bisa disejajarkan dengan fungsi tubuh pada bagian "mulut", disebut "cangkem; lambe; congor; cocot, bacot, tutuk. Bagaimana pandangan tentang rerangka makna "Bacot" atau "mulut", disebut cangkem; lambe; congor; cocot, bacot, tutuk dapat dimaknai. Pemikir David Dunning menggambarkan efeknya sebagai berikut: "Jika seseorang tidak kompeten, maka dia tidak dapat mengetahui bahwa dia tidak kompeten. Keterampilan yang diperlukan untuk menemukan solusi yang tepat adalah keterampilan yang memungkinkan memutuskan kapan suatu solusi tepat." Dan ada pepatah: "Orang bodoh bahkan tidak menyadari betapa bodohnya mereka." Karena untuk dapat memperhatikan hal tersebut, yang bersangkutan harus memiliki akal tertentu. Jadi terlalu percaya diri adalah kata kuncinya, sementara keterampilan dan pengetahuan orang lain terus-menerus diremehkan (seperti yang sering dilakukan kakek ketika dia memarahi politisi yang "tidak kompeten").
Hakekat dan makna penggunaan kata "mulut", disebut "cangkem; lambe; congor; cocot, bacot, tutuk, dapat dipakai adalah bentuk retorika; jika meminjam retorika Aristotle disebut sebagai "persuasi". Dan jika kata Bacot, disandingkan dengan persuasi sebagai proses komunikasi di mana seseorang mencoba meyakinkan orang lain, atau mengubah perilakunya, tentang sesuatu. Maka kata seperti [mulut", disebut "cangkem; lambe; congor; cocot, bacot, tutuk]. Adalah bentuk "seni persuasi", terutama dalam bidang pemasaran produk atau periklanan, di mana promosi perlu meyakinkan pelanggan untuk membeli produknya. Pada tataran sosial, persuasi dianggap sebagai sesuatu yang negatif, namun pada akhirnya kata Bacot jika dipikir-pikir, persuasi hanyalah salah satu alat komunikasi.
Bagi Aristotle persuasi melampaui kata-kata dan dia membicarakan hal ini dalam bukunya tentang Retorika. Retorika adalah buku yang ditulis oleh filsuf terkenal, yang membahas tentang seni persuasi. Berbeda dengan kaum sofis yang menggunakan persuasi sebagai senjata manipulasi dan kontrol, bagi Aristotle retorika sangat erat kaitannya dengan logika dan dialektika. Artinya, persuasi mendasarkan pada pengetahuan maka kata "Bacot" adalah bentuk lain pada tunutan pendengar oleh pengucap tentang persuasi yang tidak lengkap, tanpa didukung dengan fakta, data, rasionalitas matematis logis. Maka kata "bacot" bagi Retorika Aristotle terdiri dari tiga buku: [a] Yang pertama mendefinisikan istilah retorika, [b] Yang kedua berbicara tentang tiga jenis atau bentuk persuasi, dan [c] Dan yang ketiga menjelaskan apa saja unsur-unsur gaya persuasi. Tiga jenis persuasi: Ethos, Pathos dan Logos. Jika meminjam Aristotle konotasi kata "bacot" menuntut, agar suatu argumen valid untuk meyakinkan seseorang, kita dapat mempraktikkan tiga jenis persuasi yang berkaitan dengan kredibilitas, emosi dan nalar , atau yang sama: Ethos, Pathos dan Logos. Jika kata "bacot" lulus pada kategori ini makan konotasi makanya berubah menjadi bermakna baik atau sesuatu yang positif, dan bukan bermakna buruk, atau bermakna penghinaan.
Kata " Bacot " dan sejenisnya adalah panggilan untuk pembuat ide, pengucap, yang sampaikan kepada pendengar atau sebaliknya adalah menuntut adanya "Etos: kredibilitas". Maka bacot yang bermakna baik sebagai Etos adalah kemampuan orang yang memberikan argumen agar dapat dipercaya. Artinya, orang tersebut harus memiliki otoritas tertentu (ilmu, teoria, praktik), atau telah mendapatkan kepercayaan dari audiensnya, agar mereka yakin dengan ucapannya. Bayangkan seseorang dengan reputasi buruk atau tidak memiliki otoritas tertentu (ilmu, teoria, praktik), atau yang tidak disukai, mencoba meyakinkan anda tentang sesuatu.
Sejak awal, Anda merasa lebih tidak ada kecukupan akal budi pengetahuan untuk memercayai orang tersebut dan, oleh karena itu, apa yang mereka katakan. Di sisi lain, nada dan cara penyampaian pidato yang dilakukan pengirim akan menjadi kunci untuk memikat hati penerima. Maka "bacot" dikaitkan dengan Etos , atau kredibilitas, kemudian jatuh pada pengirimnya, dan berkaitan dengan reputasinya atau kepercayaan diri yang dia gunakan dalam menyampaikan ide, ucapan yang disampaikan tidak memenuhi kepatutan secara rasional dan cukup syllogism yang baik.
Kata Bacot bisa disejajarkan dengan fungsi tubuh pada bagian "mulut", disebut "cangkem; lambe; congor; cocot, bacot, tutuk, dikaitkan dengan konsep Aristotle pada "pathos: emosi". Pathos adalah tentang kekuatan emosi dan psikologi. Artinya, kemampuan ucapan atau seseorang (dialog public) untuk menggerakkan penerimanya, menyentuh serat sensitif itu. Mulut berucap menjadi kata penting untuk meyakinkan orang lain. Misalnya, ketika seseorang memberi tahu Anda sebuah pengalaman berdasarkan peristiwa nyata dan itu membuat Anda terharu. Bayangkan cerita tersebut membuat bulu kuduk Anda berdiri, atau membuat Anda menangis. Kata Bacot disini bermakna baik jika sampai pada tatanan ini, dimana Emosi, gairah, menggerakkan batin jiwa, dan merupakan salah satu sumber paling kuat yang dapat digunakan oleh penyiar sastrawan untuk membujuk pemirsanya. Maka "bacot yang baik adalah bentuk Pathos, adalah persuasi yang langsung menyentuh hati, dan hati-hati, tidak semua orang mampu menguasainya, jika tidak maka bacot bermakna negative.
Tuntutan ketiga agar kata Bacot bisa disejajarkan dengan fungsi tubuh pada bagian "mulut", disebut "cangkem; lambe; congor; cocot, bacot, tutuk bermakna baik adalah menginginkan imperative kategoris pada Logos atau Alasannya atau reason. Logos berhubungan dengan akal . Agar sebuah wacana dapat berkelanjutan, wacana tersebut harus realistis dan didukung oleh bukti atau fakta data yang kuat. Artinya, apa yang disampaikan oleh penerima harus terdengar logis. Biasanya, agar hal ini terjadi, penerima memperkuat ucapannya dengan data, studi, atau statistik.
Hal ini membuat pesan lebih kuat dan solid (miliki rigoritas), dan penerimanya lebih mempercayainya. Logos bisa dikatakan memperkuat kredibilitas yang dibawa Ethos kepada penerbitnya. Maka ruang public atau ruang kampus perguruan tinggi Idealnya, agar pidato menjadi efektif, kita mempraktikkan tiga pilar retorika, atau jenis persuasi, yang dikemukakan oleh Aristotle yakni harus menemukan keseimbangan Ethos, Panthos, Logos. Kata Bacot sebenarnya bermakna akhir tuntutan kewajiban agar tidak model Ethos, Panthos, Logos terwujud dalam diskusi public maupun private.
Penting bagi pengirim untuk dapat dipercaya (ethos), dan ini akan dicapai melalui keseimbangan antara emosi (pathos) dan alasan (logos). Namun persentase penerapan masing-masing jenis persuasi tersebut akan berbeda-beda sesuai dengan pesan atau tujuan yang ingin kita capai.
Dalam retorika Aristotle, penekanannya lebih pada Logos, pada logika. Namun seiring berjalannya waktu, cara untuk menarik perhatian publik dan kredibilitas penerimanya semakin kuat. Emosi lebih banyak bergerak daripada nalar, dan ini adalah sesuatu yang banyak dipraktikkan dalam periklanan atau iklan ide tanpa akal, data dan praktik. Bacot adalah alat cek apakah Anda, jika ingin pidato Anda efektif dan benar-benar meyakinkan audiens, Anda harus mendapatkan kepercayaan mereka, menggunakan argumen yang berkualitas (matematis logis), dan membangkitkan sensasi persuasi.