Pasisir Parangtritis*
Di Pasisir Parangtritis, sepatu mu dipenuhi pasir (atau debu bulan)
kami melihat pemandangan laut di mana tidak akan terlihat bersama
mungkin tawa terdengar, aku belum mati
mungkin suara terdengar sangat mudah kamu akan melupakan aku
Tapi sepanjang malam rambutmu di bantal tidak
membuatku tidur.
Di dalamnya tersembunyi seluruh awan berpasir
dengungan konstan terdengar dari kepakan
ribuan burung patah sayap;
Pasisir Parangtritis, dan kamu masih berada di pantai kosong
yang dilapisi tulang patah dari ujung ke ujung,
dan bahkan jika kamu menggali lubang di pasir dengan jari
, dua meter dari ombak, darah hitam akan tumpah disana
, dan besi dimakan kuda berpagar akan datang untuk meminum
kuda merah Kiamat di Pasisir Parangtritis, mengamuktapa bisuku
dirantai bukannya tali; dan setiap malam dia menarik seprai kasur dari kakiku, ini hanya tapa mbisu*Pasisir Parangtritis, Rabu Kliwon
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H