Betapa bahagianya kamu, nak, duduk di atas debu,
bersenang-senang sepanjang pagi dengan ranting patah!
Aku tersenyum saat melihatmu bermain disini.
aku sibuk mendidik matematika,
dan aku menghabiskan berjam-jam menambahkan angka.
Mungkin kamu melihat aku berpikir, maka aku ada
"Betapa perlunya pagi dan malam bermain logika matematika seperti itu!"
tapi kamu kurang didikan menghiburku; melupakan senimu.
aku mengejar
kamu hanya bisnis pribadi yang mahal dan mengumpulkan emas dan perak.
kamu bermain tanpa hati dan menemukan egomu.
aku telah mendedikasikan kekuatan dan waktu-ku
untuk menaklukkan hal-hal yang tidak akan pernah bisa kamu lakukan.
Dalam perahumu kina rapuh, kamu menyeberangi lautan ambisi,
dan lupa bahwa pekerjaanmu tanpa berpikir logis pada permainan.
Maafkan aku hari ini kesabaranku telah habis.
bergembira, dan pohon-pohon randu, yang mekar,
menggoda angin yang lewat dengan cangkir-cangkir anggur beraroma.
Lihat, di semua sudut langit kilat menyambar
mata marah, dan angin berhembus melewati rambutmu.
Maafkan aku hari ini jika aku tak menyerah padamu. Setiap
hari tersembunyi dalam kekaburan hujan; semua
pekerjaan telah berhenti di sentimen non argumen; padang rumput
ditinggalkan. Dan datangnya hujan telah menemukan
musiknya di mata gelapmu, di depan pintumu, menunggu, dengan
melati untuk rambutmu dipotong setan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H