Negara Gagal
Mulutnya, rongga yang runtuh, terbakar oleh kenaikan BBM
lebih dulu, sejak merdeka. Aku bisa melihat kedalaman api,
lidah menipis menjadi abu dan jelaga.
Di sini ibuku menyimpan apa yang dilarang untuk ditanyakan:
putrinya, suaminya,eyang dan segala musim di halaman belakang.
Dia hanya mendengarkan dengan senyum berapi-api
dan meremas pergelangan
tanganku ketika jari-jariku memainkan korek api.
Kemudian ruangan yang dibangun paling indah,
paru-parunya, akan terbakar untuk terus menyala selama berjam-
jam, berhari-hari, berbulan-bulan sampai 77 tahun.
Aku telah tinggal di sini selama berabad-abad,
di negara yang gelap dan berselaput kebodohan ini,
dan baru sekarang saya menyaksikan
balok-balok runtuh, lengkungan tulang punggungnya patah,
dan semua penyangga yang menopangnya
hingga titik ini runtuh, musnah, dan hancur.