Kepemimpinan KGPAA Mangkunegara IV
Tulisan ini adalah membahas secara singkat dan sederhana Kepemimpinan_Sarat Wedotomo oleh KGPAA Mangkunegara IV. Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara IV (lahir pada tanggal 3 Maret 1811 -- meninggal pada tahun 1881) adalah Adipati keempat Mangkunegaran yang memerintah dari tahun 1853 sampai 1881;
Menurut KGPAA Mangkunegara IV problem umum Hidup manusia ada itu ada tiga perkara; [1] Wirya/Keluhuran Akal Budi; [2] Arto/Kekayan kemakmuran, dan [3] Winasis /Ilmu Pengetahuan; Apabila tidak satupun dapat diraih pada 3 hal itu maka habislah diri manusia itu, maka lebih berharga daun jati kering. Akhirnya mendapatlah derita, jadi pengemis, dan terlunta, bodoh, dan tak berguna apapun;
Tipe Kategori Leadership: {Amanah]; [1] Nistha: mikir diri sendiri, dan kelompoknya sendiri, [2] Madya; Tahu kewajiban, dengan baik, dan haknya dia ambil, dan [3] Utama: istimewa, tidak ada pamrih apapun, melampaui keutamaannya; maka pemimpin ideal menurut KGPAA Mangkunegara IV adalah tipe nomor ke [3];
Ada Lima [5] tatanan Moral Mental tipe Kepempinan KGPAA Mangkunegara IV yang baik yakni; [1] Aja Dumeh, artinya Jangan Mentang-mentang dalam artian luas mendalam; [2] Aja Gumunan, atau jangan Mudah Kagum pada Apapun; [3] Aja Kagetan atau pada semua situasi kondisi yang terjadi pada Ruang, dan Waktu jangan mudah terkejut/kaget; [4] Manjing Ajur Ajer artinya melebur dengan tulus pada semua lapisan masyarakat tanpa membeda-bedakan; [5] pemimpin wajib memiliki mental Prasojo/Prasaja atau keserhanaan hidup dalam batin dan tindakan;
Ciri berikutnya adalah Syarat Leadership PadaTindakan disebut "RAOS GESANG [Rasa Hidup], oleh Ki Ageng Suryamentaram yakni mampu "Menghidupkan Roso"; [1] Bisa rumangsa, ojo rumangsa iso artinya wajib bisa merasa [berempati], bukan merasa bisa [sombong]; [2] Angrasa Wani, artinya Berani bersikap, risiko, berinovasi, dan bertindak tegas;[2] Angrasa Kleru, artinya memiliki sikap Ksatria, berani mengakui jujur pada kesalahan; [4] Bener Tur Pener, artinya mampu menentukan waku dan tempat yang sesuai dimaknai Pener [sesuai RW], berbeda dengan Benar
Rangga Warsita, Serat Paramayoga, Dharma Manusia dengan Manusia, Manusia dengan Alam [a] Hanguripi artinya pemimpin mampu Menghidupkan; [b] Hangrungkepi artinya Berkorban; [c] Hangruwat artinya Memberi solusi; [d] Hamengkoni artinya pemimpin mampu Memberi Pamong; [e] Hangayomi artinya pemimpin mampu Memberi Mengayomi, dan [f] Hangurubi artinya pemimpin mampu Memberi Semangat
Yang tidak kalah penting adalah adanya "Metafora" Leadership "ASTA BRATA pada Serat Ramajarwa: R. Ng Yasadipura. Teks Asta Brata (bahasa Sansekerta berarti delapan perilaku) merupakan gaya kepemimpinan yang merujuk pada delapan simbol alam:, antara lain adalah Ambeging Lintang/bintang, Ambeging Suryo/Surya, Ambeging Rembulan/Bulan, Ambeging Mendhung/ Watak awan, Ambeging Geni/Api, dan Ambeging Bayu/Air;
Etika Tindakan Dokrin : KGPAA Mangkunegara IV -- Kepemimpinan Gaya Sarat Wedotomo pada Serat KINANTHI;
- "Eling lan waspada" artinya pemimpin mampu untuk selalu ingat, eliti, dan bersikap waspodo;
- Awya Mematuh Nalutuh artinya pemimpin mampu untuk menghindari pada tindakan marah;
- Gonyak-ganyuk ngelinhsemi"artinya pemimpin mampu untuk jangan berbuat tidak sopan saat rapat didepan umum;
- "Atetamba yen wus bucik" artinya jangan Berobat sesudah terluka; artinya aplikasi paraxis tindakan harus tepat; artinya pemimpin mampu memiliki ketelitian Tindakan; Belum cakep Ilmunya, Buru-buru ingin dianggap Pandai, Tercemar nafsunya, selalu merasa kurang, tertutup pamrih, sulit Manunggal dengan Maha Kuasa {S Pucung];
- "Kareme anguwus-uwus uwose tan ana, mung janjine muring-muring" Atau Marah tanpa isi asal marah, Marah dilampiaskan ke orang lain. Jangan Pernah Marah Tak Terkontrol tidak anti kritik; artinya pemimpin mampu Ilmunya sebatas Mulut, Kata-katnya digaibkan, dibantah sedikit tidak mau,matanya membelakak alisnya menjadi satu. Bukannya seperti Pendita Palsu {S.Kinanti};
- "Nggugu Karape Priyangga" artinya Jangan bertindak maunya sendiri, pikir dengan matang; bisa menempatkan diri, dan mematuhi tatanan, [traping angganira, angger ugering keprabon atau Jangan Membuat Malu, Memalukan];