Apa makna Gedhe Endhase?
Apa makna Gedhe Endhase?. Tentu saja jawabannya adalah dengan mengambil sudut padang (world view), bahwa ("Gedhe Endhase") adalah sikap kesombongan pongah, bangga dengan segala kemampuan diri, arogan dengan kekuasaan, jabatan, pangkat, intelektual, kepercayaan, ideology, dan semua isme-isma sehingga membuatnya lupa diri untuk bersikap "Ugahari".
Tulisan ini membahas ("Gedhe Endhase") pada perkembangan intelektual barat, dengan berbagai kritik terutama rerangka pemikiran Friedrich Wilhelm Nietzsche dalam reinterprestasi pada sikap kesombongan intelektual atau di Jawa Kuna di sebut sikap ("Gedhe Endhase"). Pada akhirnya sikap ("Gedhe Endhase") berupaya mengutamakan kemampuan rasionalisme dan empirisme atau "kesombongan intelektual" pada pemikiran Friedrich Wilhelm Nietzsche justru berbahaya, merusak manusia, dan menimbulkan krisis di seluruh muka bumi atau disebut sebagai "Will to Power" (kehendak untuk berkuasa). Bagimana penjelasan makna Gedhe Endhase?. Berikut ini adalah penjelasannya.
- Nietzsche, "pada teks, The Gay Science , berkata :
- Jangan biarkan ego kamu membengkak terlalu banyak,
- Sebuah gelembung meledak hanya dengan satu sentuhan.
- Inilah akibat manusia disebut ("Gedhe Endhase").
Untuk Nietzsche metafora Jawa Kuna atau Budaya Nusantara kata "Gedhe Endhase" ("Gedhe Endhase") adalah sikapa "Melawan Kesombongan" memperingatkan tentang kesombongan egois yang sia-sia, mengingatkan pada nasihat bijak di mana-mana untuk tetap rendah hati dan mengetahui keterbatasan anda sendiri (tahu diri). "Gedhe Endhase" lawannya adalah Papan, Empan, Adepan.
Penafsiran praktis dari "Melawan Kesombongan", bagaimanapun, tidak diragukan lagi bukan satu-satunya pesan yang ingin disampaikan Nietzsche, mengingat kritik Nietzsche yang terus-menerus terhadap filsafat pencerahan ("Gedhe Endhase") terutama bapak Rasionalisme barat Cartesian dan rasionalisme Barat secara umum.
Nietzsche memberikan kritik multifaset terhadap rasionalisme Barat, sains modern, dan filsafat modern. Menurut Nietzsche, kita bukanlah ego Cartesian tanpa tubuh pikiran nonfisik. Sebaliknya, kita adalah makhluk yang diwujudkan dengan berbagai kebutuhan, dorongan, dan keinginan biologis dan psikologis. Selain itu, kita adalah makhluk dengan sejarah evolusi yang menemukan pengetahuan sebagai cara untuk membuat keberadaan kita lebih aman di dunia alami yang pada dasarnya memusuhi kita.
Tetapi alih-alih mengakui kemampuan rasional ("Gedhe Endhase") kita sebagai manusia mengalamu perkembangan yang relatif terlambat, Nietzsche mengklaim bahwa filsuf modern dan ilmuwan modern, memang semua budaya Barat, memiliki pemahaman yang berlebihan tentang nilai kemampuan rasional kita itulah "Gedhe Endhase" pada pemikiran Nietzsche.
Alih-alih memikirkan kemampuan rasional, pikiran atau "ego" bergantung dan berdasarkan pada kebutuhan spesifik spesies manusia untuk kelangsungan hidup dan keamanan, mengabaikan cara kita memegang metafora, interpretasi, impuls yang berarti, modern. Para pemikir modern menempatkan "ego" pada alas sebagai puncak kemanusiaan: esensi kita, karakteristik kita yang paling berharga, dan apa yang membedakan kita dari sisa kerajaan hewan, mungkin juga kesombongan hadir karena ada kata-kata agama pendorong manusisa atau "diri kita yang seharusnya diciptakan menurut gambar Tuhan". Inilah ontologis awal tafsir pada hadirnya "Gedhe Endhase".
Semua ini, menurut Nietzsche, adalah keanehan intelektual yang sia-sia, "Gedhe Endhase" tidak dibenarkan oleh evolusi manusia, individualisme kita, perwujudan kita, oleh sifat seperti kawanan dari mereka yang ada dalam tradisi intelektual dan budaya Barat, dan seterusnya.
Kekuatan sejati kita, menurut Nietzsche, tidak terletak pada ego kita, rasionalitas kita, esensi kita yang seharusnya objektif dan universal, melainkan pada kekuatan kita sebagai individu, sebagai agen kreatif, sebagai penulis dari kehidupan kita sendiri dengan apa yang Nietzsche sebut "Will to Power" (kehendak untuk berkuasa). Kemampuan kita untuk memutuskan hubungan dengan kawanan dan menjalani kehidupan kita sendiri (yang diwujudkan) dengan berbagai dorongan kita baik biologis atau dalam kaitannya dengan ambisi kita dan proyek individu yang otentik, mandiri, dan berkepribadian.
Menjadi "Gedhe Endhase" atau disebut ego dalam arti Descartes (ego co gito ergo sum), atau gagasan filosofis Barat apa pun tentang diri kita sendiri sebagai makhluk rasional, adalah menolak kekuatan individu sementara secara bersamaan membiarkan ego dan budaya kolektif kita membengkak jauh, seperti gelembung seperti yang dikatakan Nietzsche berwarna-warni di "Melawan Arogansi".