Schopenhauer, Anjing Atma, Penderitaan, Welas Asih
Arthur Schopenhauer (1788-1860) pada bukunya "On the Suffering of the World (1850)" berpendapat manusia hidup terburuk melalui oleh penderitaan dan kematian. Schopenhauer memperkaya filsafat melalui penyelidikannya pada masalah keberadaan manusia, dan eksplorasi batas-batas pengetahuan manusia. Schopenhauer menyatakan "sejarah setiap kehidupan umat manusia adalah sejarah penderitaan", dihasilkan dari "kehendak buta yang menyetir seluruh isi dunia".
Schopenhauer menganggap optimisme, "bukan hanya absurd, tetapi juga sebagai cara berpikir sangat jahat, dan sebagai ejekan pahit dari penderitaan umat manusia yang tak terkatakan". Tidak hanya manusia, bisa hewan menimpa seluruh isi dunia.
Jika Kant dan filafat pencerahan kewajiban pada domain etika pada makhluk rasional, sebalilknya Schopenhauer, menganggap rasionalitas hanyalah lapisan tipis di atas sifat hewani yang pada dasarnya upaya menekankan kapasitas bersama untuk menderita.
Schopenhauer berargumen bahwa kejahatan bukanlah kebetulan, tetapi merupakan kondisi esensial penciptaan dan dunia. Tidak seperti banyak intelektual pada masanya, Schopenhauer tidak mempedulikan nasionalisme; tidak menyukai demokrasi, dan argumentasi agama-agama.
Schopenhauer tidak pernah menikah dan menghabiskan hidupnya dalam apa yang dia anggap sebagai kesendirian bersama "atma" sebagai nama anjingnya. Schopenhauer bukanlah penggemar ras manusia, dan menyatakan sikap anjing lebih jelas dan dapat diketahui dibandingkan manusia. Bukan seperti manusia yang suka "mencla-mencle", pagi masih kedelai, siang jadi tempe mendoan goreng, malam masuk kotoran WC. Manusia inkonsisten atau mencla-mencle itulah para manusia isi dunia;
Bagi Schopenhauer yang paling memuaskan adalah dengan hewan ("anjing") bernama "Atma" daripada dengan manusia. Schopenhauer memiliki serangkaian pudel (anjing-anjing) sepanjang akhir hidupnya, menamainya semua dengan nama "Atma", kata Hindu untuk "jiwa/roh universal tertinggi" dari mana semua jiwa lain muncul.
Schopenhauer sangat menyukai anjing pudel, sebagai teman selama tahun-tahun berjalan-jalan setiap hari. Schopenhauer memiliki simpati yang sama untuk semua hewan yang menderita. Burung yang dikurung, kuda pekerja, hewan ternak disemblih, korban pembedahan hewan: anjing yang dirantai benar-benar merupakan tipe atau gambaran untuk hubungan kemanusiaan saling memakan menghasilkan penderitaan. Bagi Schopenhauer ini symbol bahwa manusia adalah paling kejam di bumi, dan hewan adalah tubuh jiwa selalu tersiksa". Dan masih relevan dengan abad sekarang dimana kerusakan lingkungan, hewan, terjadi disemua lapisan dunia pada kondisi yang sangat mengkawatirkan;
Bagi Schopenhauer, kehidupan sebagai tragedi, perjuangan sia-sia melawan kehendak, terlihat dalam impuls penghancuran diri yang mendorong tersebut ke depan menjadi siklus penderitaan. Tindakan manusia dikendalikan oleh takdir, takdir yang bertindak tidak simpatik di sebagian besar hidup umat manusia. Bagi Schopenhauer, kepuasan bagi individu hanya dapat dicapai melalui kepasifan.
____ Tanah dimakan cacing, cacing dimakan ayam, ayam dimakan manusia, dan manusia dimakan tanah. Kehidupan adalah totalitas penderitan, dan penderitaan. Tubuhan atau hewan kecill tetap kecil karena kalah bersaing memperoleh makanan, matahari, dan akar tidak bisa mencari humus dari tanah dan air. Kehidupan ini adalah theater hukum makan memakan universal. Penderitaan, dan kemalangan adalah aturan umum dalam hidup, tanpa terkecuali______
Alam melibatkan konflik: "setiap tingkat objektivasi kehendak [yaitu, setiap fenomena] memperjuangkan materi, ruang, dan waktu yang lain". Schopenhauer tidak melihat manusia sebagai makhluk yang sangat rasional; sebaliknya, seperti Nietzsche menekankan betapa dangkal kesadaran: "ilmu adalah sebagai permukaan pikiran semata." Seperti Freud, tak sadar adalah paling besar membentuk tindakan manusia.