Saya selalu bertanya pada diri sendiri
Jika ada Tuhan atau seseorang
Kenapa, mengapa semua orang dan siapa saja
Saya pernah mencintai dan peduli
Mengapa semua meninggalkan saya di sini untuk tenggelam dalam kesedihan saya?
Mengapa tangisanku dilupakan oleh para dewa?
Mengapa air mata saya jatuh ke baskom rindu?
Mengapa jeritan saya tidak terdengar oleh sang bayu?
Tetapi pertanyaan saya tidak dijawab
Jiwaku hancur berkeping-keping
Tubuhku menyerah seperti reinkarnasi sayur bayam
Saya kehilangan kebijaksanaan dalam kesunyian yang membara
Bayangan menyanyikan masa depan dan masa lalu,
Suara-suara itu adalah seruan yang tidak pernah berakhir
Dan semuanya menjadi kebohongan abadi
Setetes kesedihan, lalu setetes anggur pahit mematikan
Untuk menulis teka-teki tentang daun randu yang jatuh;
Biarkan saya mendengar suara-suara terbang
Melawan angin, daun randu berguguran dihalaman perpustakaan
Biarkan aku mendengar mereka kehabisan napas,
Biarkan suara-suara terbang menjauh
Biarkan ilusi saya dibubarkan dipagi hari
Biarkan saya menjalani tahun-tahun sia-sia saya, tanpa ilusi
Jam pasir jatuh dari langit biru tanpa debu
Butir-butir pasir itu seperti kata-kata bijak beranjak
Dicampur dengan pecahan kaca dari sorga
Dan seekor elang terbang terakhir dalam gelap
Dan sekarang mengiringi langkah keinginan saya terbang jauh
Jarum jam berjalan dengan sangat cemas tanpa ruas
Daun randu yang tidak dicat jatuh di halaman angin memerintah
Pikiran yang sedih jatuh ke dalam dosa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H