Lihat ke Halaman Asli

APOLLO_ apollo

TERVERIFIKASI

Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Studi Etnografi "Kalokagathia, Arite" Tarian Dayak Kaharingan [1]

Diperbarui: 5 Maret 2020   11:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dayak Kaharingan, dokpri

Tulisan ini adalah tulisan tentang riset saya dengan tema Studi Etnografi  Kalokagathia dan Arite  Tarian Dayak yang pernah dibiayai oleh Pemerintah tahun anggaran 2012/2013  melalui hibah bersaing. Tidak semua saya tuliskan karena ini hanya tulisan umum saja, dan hanya pantas diketahui public yang berasal dari kebudayaan private Dayak Kalimantan Indonesia;

Ritual dan tatanan selalu dikaitkan dengan aktivitas seni. Seni adalah meniru alam, meniru keharmonisan tatanan. Maka seni ada dalam semua kebudayaan manusia. Ia larut dan menyatu dalam semua dimensi kehidupan. 

Indonesia yang kaya dalam sejarah dan tradisi tiap suku bangsa atau etnis-sitas memiliki cara dan sudut pandang dalam ekspresi diri gambaran ["seni"] memahami kehidupan manusia;

Secara umum ada dua keutamaan dalam tradisi Dayak Kalimantan dijadikan patokan [1] siklus kehidupan, dan [2] siklus kematian. Siklus kehidupan dokrin hukum adat;  sejak lahir, dewasa, menikah, sakit, dan bertani, berladang, dan mendidik anak keturunan, membuat rumah, kampung, dan menghormati alam bumi serta seluruh isinya;  

Sedangkan pada siklus kematian bersifat niscahaya termasuk dalam nomoi atau hukum adat penyelenggaraan kematian, pemakaman, peringkatan kematian, dan upacara puncak mengantar finalitas roh dan tubuh {tulang] yang sudah meninggal dengan tipe [a] ijambe, [b] ngadatun, dan [c] miya, (d) nuang panuk;

Kongkritnya kehidupan ada dalam tatanan hukum adat berdialetika antara kematian, dan kehidupan. Uniknya adalah [1] pada siklus kemataian maka orang atau manusia mati diurus manusia hidup; [2] pada siklus kehidupan maka manusia hidup sesama menyelenggrakan kehidupan; [3] manusia dayak adalah satu dalam diri jika memahami bahwa kehidupan dekat dan bersama-sama dengan kematian.

Maka supaya ada tali sambung antara kehidupan dan kematian menjadi satu entitas pemahaman dilakukan dengan ritual "Wadian Rapui" [bahasa dayak artinya manusia kehilangan kesadaran total dan masuk dalam alam misteri yang tidak bisa dilakukan manusia normal atau masyarakat umum]. 

Wadian rapui adalah putusnya kesadaran manusia normal, dan masuk dalam dimensi lain atau alam kematian, roh, dan semua isi daya dan kekuatan alam dapat dihadirkan dalam factual; Yang bisa melakukan tindakan ini adalah orang atau manusia yang punya sejarah bibit, dan proses [Itun Allah].

Itun Allah [bahasa Dayak] calon wadian sakti pemangku media roh diawali dengan sakit tidak ada penyakit apapun, dan tidak bisa disembuhkan dengan apapun, kemudian memperoleh ["Umpui" turunnya cahaya malam hari kepada badan orang tersebut} tanda restu alam lain mistik bahwa yang bersangkutan bisa menjadi pemimpin pilar adat {Wadian].

Kejadian ini bisa terjadi pada laki-laki atau perempuan yang sudah cukup usia [khusus wanita sudah melewati masa mens bulanan cukup usia relative berumur tua], dan selanjutnya akan dilakukan acara "mialut" [acara meniru menurunkan ilmu sakti paling sakti dari Wadian Senior {bahasa dayak disebut "pamungkur"]; prosesnya tidak mudah harus bisa bertutur hafal dengan tanpa teks apapun menghafal sampai 7 hari siang dan malam tanpa tidur, puasa 40 hari, tidak boleh kena sinar matahari, tidak boleh injak tanah, mengatur alat komunikasi dengan non manusia sperti makanan, sejaji, kemanyan, beras, ayam, telor minyak dan seterusnya atau dikenal dengan istilah {"Hiyang", dan  "Pisame"} kemudian digubah dalam lirik {"Hiyang Wadian"],  dan upacara final digendong oleh Wadian Senior pada malam hari dimandikan ditempur air 7 warna berubah sendiri, sebagai pengangkatan menjadi "Wadian Dayak Sakti" berikut dengan 2 pisau, pisau ada masuk kebadan dan jiwa tidak kelihatan, dan satu lagi pisau kelihatan datang dari alam gaib atau diturunkan dari leluhur bernama "Luwuk" adalah pisau pengantar kematian, kehidupan, kesaktian, dan bisa menghidupkan yang mati, dan mematikan yang hidup;

Jika yang dipanggil dalam proses  Itun Allah [bahasa Dayak] laki-laki maka disebut Wadian Bawo dengan dua gelang ditangan kiri, dan kanannya,  sedangkan jika Wanita maka disebut Wadian Dadas. Maka nama tarianyapun ada dua tipe umum yakni tarian Dayak Bawo, dan Tarian Dayak Dadas;

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline