Lihat ke Halaman Asli

APOLLO_ apollo

TERVERIFIKASI

Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Pemerintah Mungkin Perlu Hal Ini pada Pemindahan Ibu Kota Republik Indonesia

Diperbarui: 8 Agustus 2019   15:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Mungkin Perlu hal ini dilakukan Pemerintah  Pada Pemindahan Ibu Kota Republic Indonesia

Sudah banyak tulisan metafisik, logic, dan berdasarkan hasil pemantauan saya secara random, dan pra riset saya pada rencana pemerintah untuk Pemindahan Ibu Kota Republic Indonesia maka ada pro dan kontra atau ada tesis, anti tesis pada rencana dan penguman tersebut pada keputusaan akhir pemerintah. 

Tidak hanya semata-mata pertimbangan kepentingan umum [semacam rasionalitas otoritas]  tetapi didalamnya demokrasi memungikinkan wacana lain yang lebih luas mendalam dan rinci pada kepentingan khusus yang juga terlibat.

Maka kajian semacam ini penting secara lengkap dan menyeluruh untuk menghindari kesalahan pada apa yang sudah direncanakan serta risiko lain yang sebenarnya dapat diantisipasi dengan memadai, demi tegaknya ke Indonesian lebih baik kedepan. 

Kita sering mendengar pepatah Jawa ini, "Alon-alon waton kelakon" bermakna banyak arti dalam tulisan ini dimaknai sebagai upaya pemikiran matang, menyeluruh, dan memiliki ketetapan batin yang lurus demi Indonesia lebih baik, semacam   PDCA, singkatan bahasa Inggris dari "Plan, Do, Check, Act", adalah suatu proses pemecahan masalah empat langkah iteratif yang umum digunakan dalam pengendalian kualitas Indonesia bermartabat universal supaya tidak memalukan, dan tahu malu, kehilangan biaya, kehilangan kesempatan, dan akhirnya menjadi sebuah kegagalan tidak mampu di antisipasi.

Dalam kajian metafisik misalnya para punggawa Negara, dan otoritas perlu ilmu "Alon-alon waton kelakon" adalah aspek Stakeholders [semua pihak yang terlibat, baik nyata atau tidak nyata, baik rasionalitas maupun irasionalitas]. 

Artinya memindahkan ibu kota tidak seperti saya bayangkan membuat jalan tol, mendirikan pabrik, atau membuat bendungan jembatan, tetapi didalamnya harus ada tegekkan [Jiwa] atau semacam marwah kebaikan non konflik dengan wibawa sebuah Negara yang beradab;

Ke [1] Mungkin Para Punggawa Negara dapat meminta ["Petatah petitih"];  spiritual; rasional dan irasional kebatinan kepada tokoh Raja Jawa Sri Sultan Hamengku Buwono, tentang pemahaman beliau sebagai tokoh yang mesti dihormati dan dihargai dalam perawatan struktur budaya yang universal, sehingga keputusan para punggawa Negara tersebut mendapat kemantapan jiwa, dan raga Indonesia.  Mohon izin dan minta Petatah petitih menurut saya adalah baik, dan patut dilakukan pada aspek etis, penghormatan kepada idu geni kebudayaan dalam Marwah Indonesia;

Ke [2]  Sebagai pelengkap Mungkin Para Punggawa Negara dapat meminta ["Petatah petitih"];  Radja Bali khususnya Ratu turunan Raja-raja Bali Sukawati dan Ubud, dan Raja atau ratu keturunan Sri Susuhunan Pakubuwana di Solo.  Hasil penelitian saya 3 keturunan raja dan ratu ini memiliki kompetensi untuk diminta pendapat ["Petatah petitih"] tersebut. Sri Sultan Hamengku Buwono,  memiliki Raja-raja Bali Sukawati dan Ubud, dan keturunan Raja-raja Bali Sukawati dan Ubud masih menyimpan marwah Indonesia untuk kita semua. Demi Marwah ibu Kota itu secara sungguh-sungguh;

Ke [3] Mungkin Para Punggawa Negara dapat melakukan berziarah atau nyekar ke makam presiden Indonesia, berurut-turut kepada Makam Bapak Ir. Soekarno adalah kompleks pemakaman presiden pertama Republik Indonesia, makam Astana Giribangun Presiden Republik Indonesia ke-2, Bapak Soeharto. Dan makam Presiden RI ke-4  bapak  KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang terletak di kompleks Pesantren Tebuireng Jawa Timur. 

Dan terakhir adalah ziarah ke makam salah satu Proklamator Indonesia Bung Hatta di Taman Pemakaman Umum (TPU) Tanah Kusir Jakarta.  Alasannya tidak perlu saya sampaikan. Tetapi secara metafisik hal ini adalah penting memelihara korelasi sejarah, dan kebangsaan atau pengalaman sejarah, yang telah membentuk menjadikan Indonesia ada seperti sekarang ini;

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline