Lihat ke Halaman Asli

APOLLO_ apollo

TERVERIFIKASI

Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Pembatinan tentang Kematian

Diperbarui: 30 Juli 2019   20:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Pembatinan Tentang Kematian

Tulisan ini adalah hasil pengamatan saya proses kematian pada pandangan Antropologi Metafisik.  Kematian  dapat berbeda-beda pelaksanaannya untuk orang yang kuat dan sadar sampai saat akhir; untuk yang usia tua yang mamai dan nyanyuk untuk orang tenggelam dalam koma; untuk yang kena kecelakaan dan mati mendadak.  Tetapi intinya kematian dari segi negative berarti mendrop segala kemungkinan perkembangan lagi dan meninggalkan segala fakta sekunder. 

Proses kematian menyentuh seluruh manusia dalam segala unsur jiwa badan, otonomi korelasi historisitas fakta induk sekunder. Bukan Cuma  badan saja yang mati tetapi manusia inti sari ekisistensinya mengalami kematian juga; Sigmund Freud menyatakan "didalam diri manusia ditemukan suatu dorongan atau keinginan tak sadar menuju kematian";

Apakah Kematian adalah hakekat pada jiwa yang membadan, dan beralih menjadi badan menjiwa. Maka jiwa dan badan sejajar, dan tidak dipisahkan. Jadi kalau manusia meninggal seluruh manusia jiwa badan meninggal. Jikalau manusia ada berarti jiwa badan tetap ada.

Kematian segala yang hidup pasti mati [hewan, tubuhan, manusia]  sebagai nasib natural hukum alam. Hakekat kematian adalah berakhirnya kehidupan [cessation vitae] atau berhentinya menjadi makluk [cessatio entis viventis]. Maka kematian adalah bernilai negativitas. Ada yang menganggap kematian hanya dipandang sebagai fakta biologis medis semata-mata sehingga melahirkan kata [mortal, dan immortal]. Padahal kematian juga harus dipahami secara pemahaman noumenal [metafisis dan hakiki].

Bagian titik akhir adalah aspek menghilang. Pada titik ini kematian mengalami tiga fase atau tahap;

Ke [1] Kematian adalah Perkembangan Berhenti. Akhirnya sampailah fakta sekunder tang paling akhir. Fenomena penghabisan itu paling lemah, dan paling menipis dari semua fenomena-fenomena sampai waktu ini. Pada saat kematian ini bukan badan manusia hancur dan terbongkar; maka juga terjadi penghentian fakta baru. Manusia mati artinya berhenti berkembang. Segala aktivitas dan dinamika berkembnag maju berhenti; jasmani rohani berhenti, semua berhenti. Kematian adalah mencapai totalitas apapun didunia ini;  atau dalam kematian hidup itu diselesaikan [Sein zum Tode].

Ke [2] Hilang dari Mata. Kematian adalah menghilang dari mata, dan tidak bisa lagi dijumpai pada mereka yang masih hidup. Sampai saat akhirpun seluruh manusia masih hadir secara fenomenal, dalam otonomi korelasi. Tetapi saat pemberhentian hadir bersamaan dengan itu muncul fenomena baru; seketika itu juga seluruh aku, induk menghilang dari pengamatan dan pengalaman bersama-sama. Dia hilang dari mata, dan hilang menjadi pengalaman empiris bersama-sama;

Ke [3] Jenazah atau Mayat. Satu-satunya yang tinggal adalah mayat atau jenazah. Namun jenazah bukan bagian manusia yang ditinggalkan. Pada kematian sama sekali tidak ada lagi fenomena kemanusian lagi. Tidak bisa diajak nikah, diajak ke pasar, diajak main hape atau main line, atau WhatsApp dan seterusnya. Fakta induk manusia sudah tidak ada. Jenazah adalah menyimpan bayangan dari kesatuan manusiawi induk sekunder, spiritual material. Maka jenazah adalah titik akhir pada proses berlaku didalam menusia sejak permulaan hidupnya.

Selama manusia hidup dan berkembang terus menerus ada 'intake' bahan mentah yang menyangga perkembangannya bernafas, makan, minum, berjemur dipantai berkumpul menjadi satu yang disebut tubuh. Maka jenazah adalah proses awal materi terurai menjadi penyelesaian fungsi. Fungsi sudah selesai [gigi, hidung, lidah, kulit, rambut, kuku, keringat, ludah,] kemudian diuraikan  dan segala macam fungsional dihilangkan. Peralihan fungsi ini agak radikal, secara serentak dalam nama membusuk berhubungan dengan siklus perkembangan lebih lanjut dilepaskan dari materi atau substansi bernama manusia bersifat niscaya. 

Jadi jenazah adalah ampas yang tak berfungsi lagi [tidak dipakai] yang difilter dari substansi materi manusia.  Jenazah sisa-sisa dari apa yang dalam tubuh manusia yang berhubungan dengan suatu masa depan lagi, yang sekarang dihilangkan atau dibuang. Jenazah adalah bahan substansi bertaraf  spiritual material. **

**Kaki Gunung Lumut, 4-4-2014




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline