Lihat ke Halaman Asli

APOLLO_ apollo

TERVERIFIKASI

Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Lagu "A Hard Rain's Gonna Fall" Pada Nobel 2016

Diperbarui: 26 Juli 2019   16:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: eastcoastrocker.com 

Lagu "A Hard Rain's a Gonna Fall " Pada Nobel  2016

Semua inti keberhasilan adalah ketekunan, bakat, keyakinan diri sendiri. Tak terkecuali pada diri  Patricia Lee Smith (lahir 30 Desember 1946) atau dikenal dengan nama lain Patti Smith adalah penyanyi-penulis lagu, musisi, penulis, dan penyair Amerika yang menjadi komponen berpengaruh gerakan punk rock New York City dengan album debutnya 1975 Horses .  Pada 17 November 2010, Smith memenangkan National Book Award untuk memoarnya Just Kids.   Buku itu memenuhi janji yang telah ia buat kepada mantan teman sekamarnya yang sudah lama, Robert Mapplethorpe . Dia menempatkan ke-47 dalam daftar 100 Greatest Artistists majalah Rolling Stone yang diterbitkan pada bulan Desember 2010  dan   penerima Hadiah Musik Kutub 2011.

Puncak karir sebagai seniman berbakat ditunjukan Patti Smith pada acara pemberian hadiah nobel tahun  2016 lalu kepada Bob Dylan bidang  Sastra di Stockholm. Bob Dylan menjadi penulis lagu pertama dalam bidang nobel sastra  paling bergengsi di dunia, dan Negara paman Sam pertama sejak novelis Toni Morrison pada tahun 1993.

Sayangnya Bob Dylan,  Penyanyi Amerika itu dianugerahi hadiah pada bulan Oktober 2016   gagal melakukan perjalanan untuk mengambil hadiah, atau menyampaikan ceramah yang diharuskan untuk menerima hadiah 8m kroner ($ 900.000; 727.000).

Maka pada acara Seremonial tersebut yang mengharukan adalah penampilan Patti Smith yang membawakan lagu berjudul "A Hard Rain's a Gonna Fall ". 

Kebetulan Patti Smith  berada di ibu kota Swedia hari itu dan  menampilkan karya klasik Frelanheelin dari Dylan, "A Hard Rain's a Gonna Fall." Patti Smith  tersandung pada menit ke 2 pada lirik lagu itu kemudian   meminta untuk mengulangi ayat itu, Patti Smith  menjelaskan "sangat gugup," didepan ribuan intelektual dunia manusia pilihan terbaik alam, memicu tepuk tangan dari penonton.

Tetapi Patti Smith   tetaplah menjadi manusia yang luar bisa, tetap menghasilkan kinerja yang menakjubkan. Smith menyuarakan suaranya dengan dentingan Dylan, mengeluarkan lirik puitis yang sama yang dimiliki keduanya [terjadi transformasi hermeneutika yang melampaui literasi aslinya]. Patti Smith  menyanyikan lagu dengan kebatinan yang luar biasa menurut saya, sehingga mampu memukau penonton meneteskan air mata, persoalan umat manusia atau kondisi krisis budaya pada tahun 1963, membahas ketidaksetaraan rasial, informasi yang salah, dan penghancuran martabat manusia, dan dekadensi moral. Sebuah lagu yang mengancam dan menakutkan rasa yang melampaui bergetar jiwa, sebagai symbol  Patti Smith luar biasa dan segala sesuatu  menjadikan Bob Dylan salah satu penyair terbesar abad ini.

Lalu apa makna teks secara umum pada tema lagu A Hard Rain's A Gonna Fall yang dinyanyikan oleh Patti Smith pada karya Bob Dylan tersebut atau saya maknai sebagai hakekat Wangsa Air.

Fall A-Gonna Fall A Hard Rain adalah sebuah lagu yang ditulis oleh Bob Dylan pada tahun 1962. Salah satu dari puluhan lagu yang ditulis oleh Dylan tahun itu,   sebagian besar memiliki nada politik, jika tidak jelas pesan politik. Hujan, dan air pada tingkat yang lebih umum, telah digunakan sebagai simbolisme yang berasal dari kisah-kisah pertama, seperti Gilgames atau The Odyssey. Secara umum, air kadang-kadang digunakan untuk melambangkan keselamatan dan kadang-kadang digunakan untuk melambangkan malapetaka yang akan datang. Dalam kasus A-Rain Fall A-Gonna Fall, Dylan tidak pernah terang-terangan dalam menggambarkan maksud liriknya. Namun,   harus melihatnya dari kedua perspektif.

Pada tahun 1962, masalah domestik yang paling mendesak di negara kami adalah hak-hak sipil. Perjuangan untuk hak-hak sipil, yang dipimpin pada waktu itu oleh Dr. Martin Luther King, mencapai puncaknya, puncaknya yang akan memuncak beberapa tahun kemudian dengan Undang-Undang Hak-Hak Sipil tahun 1964 dan Undang-Undang Hak Pilih 1965. Namun , pada tahun 1962 masih belum pasti  undang-undang progresif itu akan segera terjadi, jika memang ada. Jadi, negara itu sedang tertatih-tatih di tepi titik tumpu, tidak tahu apakah gelombang kerusuhan sipil berikutnya akan menyebabkan gerakan bergerak maju atau malah menyebabkan pecahnya gerakan yang akan mengarah pada penurunannya sebelum ada perubahan hukum yang nyata telah terjadi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline